kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

CPO menjaga tren bullish


Senin, 15 Agustus 2016 / 19:20 WIB
CPO menjaga tren bullish


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tarik menarik sentimen yang terjadi pada fundamental minyak sawit mentah atau CPO memang besar. Namun analis menduga peluang harga CPO terus pertahankan kenaikan masih ada.

Mengutip Bloomberg, Senin (15/8) pukul 17.15 harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2016 di Malaysia Derivative Exchange terbang 3,96% di level RM 2.625 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir pun sudah melesat 7,62%.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures India tetap membutuhkan minyak kedelai. 70% dari kebutuhan minyak sayurnya masih dari CPO, penurunan daya tarik ini hanya sementara jadi katalis negatif bagi harganya pun belum tentu akan bertahan lama.

Memang dari laporan Solvent Extractors Association of India, impor CPO India Juli 2016 menurun 42% menjadi 570.051 ton dibanding tahun sebelumnya. Konsumen di India banyak beralih ke minyak kedelai. Sehingga dinilai faktor ini hanya bersifat sementara.

Dukungan lainnya bagi harga datang dari kenaikan harga minyak mentah dunia dan tingginya laju harga minyak kedelai. Faktor tersebut memberikan kesempatan bagi harga CPO untuk terus lanjutkan performa gemilangnya.

"Karena semakin tinggi harga minyak kedelai naik, maka pasar akan semakin beralih ke CPO," ujar Wahyu.

Jika menilik dari pergerakan harga, Rabu (16/8) Wahyu menebak kans harga CPO naik lagi tetap ada. “Selama bertahan di atas level RM 2.200 per metrik ton tren bullish tetap terjaga namun terbatas,” perkiraan Wahyu.

Sebab sampai saat ini masih sulit bagi harga CPO untuk menembus level US$ 3.000 per metrik ton yang merupakan level resistance kuatnya.

Untuk jangka panjang Wahyu memprediksi harga CPO akan tetap mampu bergerak bullish. Salah satunya berkat dukungan dari proyeksi cuaca akan terjadinya La Nina.

“Padahal pasca El Nino lalu, produksi CPO belum kembali pulih secara maksimal, ini sudah siap diserang banjir dan badai,” imbuh Wahyu.

Pasar memprediksi akan ada penurunan supply dari di negara penghasil CPO. Sebab, diperkirakan La Nina akan muncul. Bahkan, kemungkinan munculnya La Nina mencapai 55% – 60% menurut Climate Prediction Center of the National Weather Service Amerika Serikat pada Kamis (11/8).

“Ada tarik menarik sentimen di pasar maka laju harga CPO akan tetap dalam rentang yang sempit,” ungkap Wahyu. Pasar akan menanti genjotan permintaan dari China menyusul musim festival dan tentunya mewaspadai pelemahan dollar AS.

Sebab, jika USD terus melemah artinya Ringgit Malaysia bisa semakin perkasa. Penguatan Ringgit Malaysia jelas memiliki imbas yang negatif bagi pergerakan harga CPO karena akan mengikis daya beli pelaku pasar akibat harga jual yang terlampau tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×