Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat berada dalam fase bullish, kini kondisi pasar aset kripto justru berbalik arah. Dalam beberapa minggu terakhir, kelas aset ini terus berada dalam tekanan dan belum kunjung naik secara berarti.
Merujuk Coinmarketcap.com, harga Bitcoin tercatat sudah turun 11,66% dalam seminggu terakhir. Nasib Ethereum pun serupa, koin dengan marketcap terbesar nomor dua ini telah turun 19,13% dalam tujuh hari terakhir. Ketika Bitcoin terkoreksi, maka dapat dipastikan koin-koin lainnya ikut melemah.
Dilansir dari Bloomberg, data dari Richard Chen, seorang partner di 1confirmation, sebuah modal ventura yang mendorong desentralisasi web, menyebutkan adanya jumlah pembukaan akun pengguna Decentralized Finance (DeFi) yang turun ke level terendah sejak DeFi menggeliat.
Data dari 1confirmation menunjukkan dalam empat hari terakhir, jumlah akun baru yang dibuka dalam sehari cuma beberapa ribu, turun dari 40.000-an di pertengahan Mei.
"DeFi akan menghadapi tantangan ke depan, karena koni-koin DeFi cukup bergantung pada suntikan likuiditas baru ini. Tentu prospek DeFi secara jangka panjang masih tetap akan menarik, hanya saja, dalam beberapa bulan ke depan, DeFi tidak akan menjadi tempat yang menarik untuk menyimpan dana," kata Nic Carter, founding partner di Castle Island Venture seperti dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga: Jual Bitcoin Selagi Mahal
Sementara CEO Digitalexchange.id Duwi Sudarto Putra mengungkapkan, angka tersebut tidaklah mengejutkan. Hal ini lantaran jika dilihat dari tren, memang sedang turun dari periode sebelumnya.
“Terlebih setelah Bitcoin menyentuh level all time high pada April lalu, sehingga banyak investor yang sudah melakukan take profit. Namun, seiring waktu berjalan dan dari kegunaan DeFi yang terus berkembang, harga pasti akan mengalami peningkatan kembali,” kata Duwi kepada Kontan.co.id
Selain dari perkembangan kegunaan DeFi, Duwi menyebut faktor lain yang akan berpengaruh adalah seberapa banyak venture capital bahkan sampai Wall Street akan bermain deFi ke depan. Hal ini jadi penting karena ketika terdapat banyak institusi atau ada suntikan investasi besar ke sebuah kripto, secara fundamental hal tersebut menjadi sentimen positif.
Baca Juga: Anjlok 9%, harga Bitcoin terjungkal ke level US$ 31.000
Walau demikian, dia mengingatkan saat ini terdapat banyak sekali project DeFi yang dikembangkan. Oleh sebab itu, investor harus hati-hati dalam memilih setiap aset Defi tersebut. Kendati begitu, selama project DeFi bisa menghadirkan terobosan baru dalam dunia keuangan, prospeknya akan sangat menarik.
Dari sekian banyak project DeFi, Duwi menilai ada dua DeFi yang cukup menarik baginya, yakni Chainlink dan Uniswap. Dia bilang, yang membuat Chainlink menarik adalah fitur yang membuat mempunyai kemampuan untuk memvalidasi data dari berbagai sumber. Pasalnya, karena sistem reputasi internal, Chainlink dapat menentukan sumber mana yang dapat dipercaya dengan akurasi tinggi.
“Ini bisa meningkatkan akurasi hasil dan melindungi smart contract dari semua jenis serangan. Keuntungan lain seperti pencocokan pesanan uang memungkinkan pengguna menentukan jumlah node yang akan digunakan. Makin besar jumlah node, tingkat keamanan akan makin terjamin,” imbuh Duwi.
Baca Juga: 1Inch dinilai sebagai salah satu aset DeFi yang punya prospek menarik
Sementara untuk Uniswap, sebagai protokol likuiditas otomatis, maka tidak ada lagi pihak tersentralisasi yang diperlukan dalam melakukan perdagangan. Apalagi, Uniswap juga sudah listing di market besar. Duwi bilang ini menambah kepercayaan investor terhadap Uniswap.
Namun, Duwi tetap mengingatkan betapa pentingnya bagi investor yang tertarik melakukan investasi pada aset kripto untuk melakukan riset dan mengenal lebih detail soal profil, fitur, dan risiko dari sebuah aset kripto
Baca Juga: Paraguay pertimbangkan bitcoin menjadi mata uang resmi, ini kata pengamat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News