kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.663.000   13.000   0,79%
  • USD/IDR 16.304   45,00   0,28%
  • IDX 7.045   -28,28   -0,40%
  • KOMPAS100 1.033   -3,61   -0,35%
  • LQ45 805   -5,45   -0,67%
  • ISSI 212   0,50   0,24%
  • IDX30 418   -3,97   -0,94%
  • IDXHIDIV20 502   -3,25   -0,64%
  • IDX80 116   -0,52   -0,45%
  • IDXV30 121   0,11   0,09%
  • IDXQ30 137   -1,08   -0,78%

Cermati Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten yang Bakal Gelar Buyback


Rabu, 05 Februari 2025 / 07:26 WIB
Cermati Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten yang Bakal Gelar Buyback
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham dan prospek emiten yang beniat menggelar buyback di tahun ini


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana untuk melakukan aksi pembelian kembali alias buyback saham.

Sebut saja, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berencana melakukan buyback di tahun 2025 dengan jumlah nilai sebesar-besarnya Rp 3 triliun.

Sekretaris Perusahaan BBRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan, buyback dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di luar Bursa Efek, baik secara bertahap maupun sekaligus.

Aksi korporasi tersebut diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah tanggal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui rencana buyback

Pengalihan saham hasil buyback 2025 akan dilakukan melalui Program Kepemilikan Saham Pekerja dan/atau Direksi dan Dewan Komisaris, serta dilakukan secara bertahap sampai dengan jangka waktu pengalihan saham buyback berakhir.

Baca Juga: Usai Buyback, Nusa Raya Cipta (NRCA) Berencana Alihkan 49,7 Juta Saham Treasuri

“Pelaksanaan buyback akan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan perusahaan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di laman BEI.

Setali tiga uang, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga berniat melakukan langkah serupa. Berdasarkan catatan Kontan, BBNI baru akan memulai proses perizinan kepada regulator dan nantinya juga dimintakan persetujuan pemegang saham.

“Antara lain upaya ini juga untuk menambah kepercayaan investor,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar kepada Kontan, Senin (3/2).

Sementara itu, dari sektor konsumer, ada PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) juga berniat menggelar buyback. Bahkan KEJU sudah mengantongi restu buyback dan pembagian saham bonus. 

Menurut Peter Wiradjaja, Sekretaris Perusahaan KEJU, dalam keterbukaan informasi, aksi korporasi ini telah disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Para Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 17 Desember 2024. 

KEJU akan melakukan buyback saham sebesar 4.885.993 lembar saham atau setara 0,33% dari total lembar saham yang dikeluarkan KEJU. 

Aksi tersebut bakal dilakukan secara bertahap dalam waktu paling lama 12 bulan setelah pembelian kembali saham KEJU disetujui oleh RUPSLB. 

Buyback tersebut dapat dilakukan melalui BEI maupun di luar BEI,” ujarnya dalam keterbukaan informasi.

Dari sektor energi, ada PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) berencana menggelar buyback saham maksimal 10% dari modal disetor. 

ENRG menyiapkan anggaran sebesar US$ 12 juta untuk aksi ini. Jika menggunakan asumsi kurs tengah Bank Indonesia (BI) di Rp 16.019 per dolar AS, jumlah tersebut setara dengan Rp 192,22 miliar. 

Baca Juga: Akan Di-Buyback Rp 3 Triliun, Harga Saham Blue Chip Dalam Tren Mendaki

Pembelian kembali saham dilakukan terutama dengan tujuan meningkatkan nilai investasi pemegang saham ENRG," tulis manajemen ENRG lewat keterbukaan informasi.  

Manajemen ENRG berharap dengan mengurangi jumlah saham beredar melalui mekanisme buyback, dapat dapat meningkatkan laba per saham sebagai tolak ukur tingkat profitabilitas ENRG. 

Selain itu, lanjut manajemen ENRG, buyback juga merefleksikan kepercayaan manajemen terhadap pertumbuhan kinerja atau performa ENRG saat ini dan di masa yang akan datang. 

"Di mana manajemen ENRG berkeyakinan bahwa harga saham ENRG di BEI saat ini belum mencerminkan nilai fundamental perseroan dan kinerja ENRG," jelasnya. 

Selain itu, ada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang aktif melakukan buyback sepanjang tahun 2024. Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek per Desember 2024, jumlah saham treasuri GOTO mencapai 20,29 miliar. Ini meningkat 3,32 miliar saham dari bulan sebelumnya. 

Untuk diketahui, GOTO menyiapkan anggaran US$ 200 juta untuk mengeksekusi buyback ini. Dengan asumsi kurs di Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) nilai itu setara dengan Rp 3,2 triliun. 

Analis Phillip Sekuritas Helen Vincentia melihat, buyback saham biasanya dilakukan untuk menaikkan harga saham emiten tersebut.

Umumnya, emiten yang melakukan buyback saham memiliki kas yang memadai, sehingga memungkinkan untuk melakukan aksi korporasi tersebut.

“Dampak buyback itu di antaranya adalah menstabilkan harga saham serta meningkatkan kepercayaan investor terhadap emiten,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (4/2).

Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan melihat, aksi buyback saham dapat menjadi strategi di tengah lesunya pasar untuk mengoptimalkan penggunaan kas perusahaan.

Buyback pun dapat meningkatkan laba per saham (EPS) dan memperbaiki sentimen pasar terhadap perusahaan. 

Baca Juga: Berencana Buyback Saham, BBRI Siapkan Anggaran Rp 3 Triliun

“Ini bisa membantu menaikkan harga saham dalam jangka pendek, meskipun dampaknya terhadap kinerja bisnis jangka panjang tergantung pada kinerja operasional dan strateginya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (4/2).

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah bilang, aksi buyback saham kemungkinan besar tak akan memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Tetapi, justru memberikan gambaran kepada pasar bahwa adanya keyakinan dari sisi manajemen mengenai kinerja perusahaan yang lebih baik ke depan.

“Alhasil, ini dapat memberikan dampak positif ke perusahaan,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa (4/2).

Namun, investor perlu memerhatikan harga rata-rata buyback saham yang akan dilaksanakan sang emiten.

“Karena, pembelian di bawah harga tersebut akan cenderung lebih menarik secara risk and reward,” tuturnya.

Analis sekaligus CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat, buyback saham memang bakal meningkatkan EPS emiten, karena saham yang beredar jadi berkurang. Selain itu, Return on Equity (ROE) juga bakal meningkat.

“Beberapa emiten juga melihat bahwa kinerja dan pertumbuhan emiten belum terapresiasi oleh pasar, sehingga emiten memutuskan untuk buyback,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (4/2).

Jika melihat prospek kinerja fundamental di tahun 2025, sektor perbankan akan lebih stabil secara jangka panjang dibandingkan sektor lainnya. Apalagi, Bank Indonesia (BI) baru saja memangkas suku bunga di bulan Januari lalu ke 5,75%. 

 

“BI pun masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga di tahun ini. Hal tersebut akan berdampak baik pada sektor perbankan, seperti BBRI dan BBNI,” ungkapnya.

Praska pun merekomendasikan beli untuk BBRI dan BBNI karena valuasinya yang masih murah berdasarkan valuasi historikal 3 tahun, dengan target harga masing-masing di rentang Rp 4.900 - Rp 5.200 per saham dan Rp 5.200 - Rp 5.500 per saham.

Investment Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan melihat, dana yang disiapkan emiten untuk buyback biasanya sudah diperhitungkan sebelumnya. Sehingga, langkah ini dampaknya akan positif, karena bisa membuat penurunan harga saham lebih terjaga.

Buyback sendiri dilakukan selama periode tertentu dan emiten memang menunggu momentum penurunan untuk melakukan aksi ini,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (4/2).

Ekky pun menilai, saham BBRI masih cukup menarik untuk dicermati investor. Sebab, harga saham BBRI sudah mulai rebound dengan potensi kenaikan terdekat ke level Rp 4.400 per saham.

“Target harganya bisa menguat ke Rp 4.800 per saham, jadi cukup menarik untuk di akumulasi pada harga sekarang,” tuturnya.

Selanjutnya: Adhi Karya Dongkrak Kontrak Baru

Menarik Dibaca: Promo KFC Jodohnya Ayam dengan 4 Menu Double Hanya Rp 59.091, Sampai 14 Februari 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×