Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Pada awal kebijakan ini dirilis, pelaku pasar cenderung merespons negatif dan lebih berhati-hati, apalagi di tengah tren pelemahan harga komoditas. Tetapi setelah pemerintah menjelaskan lebih detail terkait implementasi dan pemberian fleksibilitas, kekhawatiran mulai mereda.
"Saham-saham batubara dan nikel tetap volatile, tetapi investor mulai lebih selektif, fokus pada emiten yang tetap memiliki likuiditas kuat dan strategi adaptasi yang jelas," ungkap Team Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, emiten perlu mengelola likuditas dan arus kas dengan lebih bijak setelah implementasi kebijakan DHE SDA 100% selama 12 bulan.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ANTM dan HRTA, Setelah Bullion Bank Resmi Hadir
Sementara itu, Ekky berharap penggunaan harga patokan sebagai acuan penjualan komoditas tambang dapat menciptakan standar harga yang lebih jelas dan transparan.
"Respons pasar atas kedua kebijakan ini kemungkinan cenderung negatif dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang jika kebijakan ini dapat memperkuat ekonomi domestik dan stabilitas rupiah, dampaknya bisa lebih positif," kata Ekky.
Rekomendasi Saham
Dalam kondisi pasar saat ini, Ekky menilai pelemahan harga komoditas juga menjadi sentimen penting yang memengaruhi pergerakan harga saham, terutama batubara. Ekky menaksir, harga batubara bisa tertekan ke level US$ 98 - US$ 100 per ton.
Sedangkan dalam skenario yang optimistis, harga batubara bisa berbalik naik ke level US$ 118 - US$ 120 per ton pada akhir kuartal I-2025. Ekky menyarankan agar pelaku pasar menunggu hingga ada stabilitas harga, sembari mengamati rilis kinerja keuangan emiten tahun 2024.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melihat penurunan harga komoditas belakangan ini menjadi sentimen negatif yang menekan harga saham emiten tambang, terutama batubara. Sukarno menilai pelaku pasar pun masih cenderung wait and see mencermati harga komoditas global.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Lanjut Melemah pada Jumat (28/2), Cek Rekomendasi Saham Berikut
Community Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus turut menyarankan untuk wait and see terlebih dulu, apalagi harga batubara masih berpotensi mengalami koreksi lebih dalam. Di sisi lain, kondisi pasar saham juga sedang terguncang.
Tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah menukik ke level 6.270,59 usai terjun sedalam 3,31% pada Jumat (28/2). "Lebih baik wait and see dulu dengan kondisi pasar yang belum stabil," kata Angga.
Di tengah berbagai sentimen tersebut, Sukarno menilai saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih layak koleksi dengan rekomendasi hold untuk target harga Rp 3.050. Sedangkan Ekky menjagokan saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) sebagai pilihan jangka panjang.
Team Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas menyarankan agar pelaku pasar lebih selektif. Pilih saham tambang sebagai investasi jangka panjang dengan strategi long-term accumulation, memanfaatkan volatilitas harga saham untuk masuk di level valuasi menarik.
Baca Juga: Morgan Stanley Pangkas MSCI Indonesia, Indeks Ambruk, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini
Team Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas melirik saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Sementara itu, Ratih menyarankan trading plan dengan strategi buy on weakness pada saham PTBA dan PT United Tractors Tbk (UNTR),
Buy on weakness PTBA bisa dilakukan pada rentang harga Rp 2.590 - Rp 2.400 untuk target harga Rp 2.850. Sedangkan koleksi UNTR bisa dipertimbangkan pada area Rp 22.000 - Rp 21.200 dengan target harga Rp 23.900 per saham.
Selanjutnya: Rasio Utang RI Stagnan di 39%, Persempit Ruang Fiskal untuk Belanja Produktif
Menarik Dibaca: Jadwal Buka Puasa 2 Maret 2025 untuk Wilayah Jogja dan Sekitarnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News