kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Caplok saham tambang nikel, eksposur Harum Energy terhadap batubara bisa berkurang


Selasa, 02 Februari 2021 / 17:44 WIB
Caplok saham tambang nikel, eksposur Harum Energy terhadap batubara bisa berkurang
ILUSTRASI. pt Harum Energy energi tbk HRUM


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) kembali mengumumkan transaksi pembelian saham perusahaan nikel. Mengutip keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Senin (1/2), anak usaha HRUM yakni PT Tanito Harum Nickel, mengakuisisi 24.287 saham PT Position milik Aquila Nickel Pte Ltd.

Jumlah saham tersebut setara dengan 51% dari modal yang ditempatkan dalam PT Position, dengan transaksi harga jual beli senilai US$ 80,32 juta.

Sebelumnya, emiten tambang batubara ini sempat beberapa kali menambah kepemilikan sahamnya di Nickel Mines Limited, sebuah perusahan nikel yang tercatat di Bursa Efek Australia.

Terakhir, pada pertengahan Desember 2020, emiten tambang batubara ini telah membeli sebanyak 39 juta lembar saham Nickel Mines Limited dengan harga jual-beli sebesar AU$ 36,74 juta. Sehingga, per tanggal 15 Desember 2020, HRUM memiliki 4,88% dari seluruh modal ditempatkan dalam Nickel Mines Limited.

Baca Juga: Ini alasan Harum Energy (HRUM) caplok tambang nikel senilai US$ 80,32 juta

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, akusisi saham perusahaan nikel yang dilakukan oleh HRUM menjadi opsi yang cukup baik. Sebab, diversifikasi produk dapat menjadi solusi guna mengurangi eksposur terhadap fluktuasi harga komoditas, dalam hal ini adalah batubara.

Terlebih, Okie memproyeksikan, kebutuhan nikel dunia masih akan meningkat seiring dengan permintaan yang terus bertambah sejalan dengan tren dari kendaraan listrik.

Okie memproyeksikan, kenaikan harga nikel pada tahun 2021 akan lebih terbatas, sekitar 8% dari harga rata-rata tahun lalu.

“Hal ini seiring dengan naiknya harga nikel yang tentu dapat menjadi eksposur bagi produsen yang menggunakan nikel sebagai bahan bakunya. Harga yang terlalu tinggi dapat memberikan tekanan pada biaya produksi, sehingga perlu ada penyesuaian harga antara produsen dan konsumen,” terang Okie kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).

Baca Juga: Ini alasan M Cash Integrasi (MCAS) melakukan revisi laporan keuangan 2019

Untuk diketahui, saham HRUM berkinerja dengan cukup baik. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (YTD), saham HRUM melesat 358,49%. Pada perdagangan hari ini saja, saham HRUM naik 8,00% ke level Rp 6.075 di saat IHSG tumbang.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, pelaku pasar baiknya menunggu momentum koreksi apabila ingin masuk ke saham HRUM, mengingat harganya yang sudah naik tinggi.

“Saran saya menunggu momentum koreksi, perkiraan support berada pada Rp 5.200 dan Rp 5.000,” terang William, Selasa (2/2).

Baca Juga: Harum Energy (HRUM) mencaplok tambang nikel senilai US$ 80,32 juta

Okie melanjutkan, prospek nikel tahun ini masih cukup cemerlang. Saat ini Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia memiliki posisi yang diuntungkan. Terlebih pemerintah melalui BUMN juga akan fokus untuk meningkatkan industri baterai listrik dengan mendorong sejumlah insentif.

“Membaiknya perekonomian China tentu menjadi sentimen positif dimana berdasarkan data terakhir, China memegang penuh konsumsi nikel dunia saat ini yang diikuti oleh Eropa, Afrika, dan Amerika," tutup Okie.

Selanjutnya: Emiten Batubara Meraup Berkah Kenaikan Permintaan dari China Jelang Imlek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×