Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum memiliki rencana untuk mengakuisisi tambang batubara dalam waktu dekat ini. Sebab, manajamen emiten penghuni Indeks Kompas100 ini masih memiliki cadangan batubara yang cukup banyak.
"BUMI telah memiliki hampir 3 miliar metrik ton cadangan batubara di tiga aset tambangnya. Tidak ada rencana untuk akuisisi tambang batubara lagi," ujar Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11).
Tiga aset tambang yang dimaksud Dileep adalah KPC, Arutmin, dan Pendopo. Dileep menambahkan, aset KPC dan Arutmin sudah memproduksi batubara dari sekitar 10 tambang dan sedang memulai kembali untuk produksi batubara high calorie value atawa berkalori tinggi di Arutmin. Selain itu, BUMI juga sedang menjajaki tambahan pasokan batubara kalori rendah dari aset Pendopo ke pembangkit listrik terdekat.
Baca Juga: BRMS jadi saham paling prospektif di Grup Bakrie
Selain itu, produksi di KPC dan Arutmin diharapkan bisa lebih besar 5% dari perkiraan yakni sebesar 87 juta ton menjadi 90 juta ton pada akhir 2019. BUMI juga masih menunggu keputusan pemerintah untuk mengubah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Selain fokus pada lini bisnis tambang batubara, BUMI juga mendiversifikasi usaha, salah satunya melalui tambang mineral dan logam. Melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), BUMI berharap berkah dari percobaan produksi emas di PT Citra Palu Minerals yang dimulai awal tahun 2020 serta produksi seng dari proyek Dairi yang bermitra dengan China Non Ferrous Metals (CNFC) dalam 2 tahun.
Baca Juga: Pendapatan Bumi Resources Minerals (BRMS) akan ditopang penjualan emas mulai 2020
Melalui Citra Palu Minerals, BRMS memiliki hak konsesi pertambangan emas seluas 85.180 hektare yang tersebar di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Citra Palu Minerals memiliki enam blok pertambangan dengan cadangan sumber daya bijih sebesar 7,9 juta ton dengan valuasi nilai kotor (gross value) senilai US$ 1,47 miliar.