kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Buyback saham emiten, efektif menahan kejatuhan IHSG?


Rabu, 30 September 2020 / 21:43 WIB
Buyback saham emiten, efektif menahan kejatuhan IHSG?
ILUSTRASI. Realisasi buyback sempat menahan kejatuhan IHSG pada awal-awal periode.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan realisasi pembelian saham (buyback) berdasarkan Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 mencapai 59 emiten dengan total nilai pelaksanaan buyback sebesar Rp 4,05 triliun.

Untuk diketahui, surat edaran ini mengatur pembelian kembali atau buyback saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan. Isi dari edaran itu adalah merelaksasi pembelian kembali atau buyback, yang dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Lantas, apakah buyback ini efektif dalam menahan kejatuhan bursa saham?

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, relaksasi ini cukup ampuh dan setidaknya berhasil membuat IHSG menguat beberapa bulan. “Penguatan paling terasa di awal-awal bulan pasca emiten mengumumkan buyback,” ujar William kepada Kontan.co.id, Rabu (30/9).

Baca Juga: BEI: Realisasi buyback tanpa RUPS mencapai Rp 4,05 triliun

Di sisi lain, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, buyback tidak menjadi mekanisme utama dalam mendorong kenaikan IHSG selama ini. “Sebab, pada saham yang berencana melakukan buyback, ada kisaran rentang harga yang menjadi batasan untuk buyback dan hanya menyerap saham di bawah harga tersebut,” ujar Aria saat dihubungi Kontan.co.id.

Aria menilai, ada sentimen lain yang berperan dalam menopang pergerakan IHSG, antara lain adalah stimulus yang digulirkan pemerintah. Untuk diketahui, beragam stimulus telah digelontorkan pemerintah untuk mengatasi dampak pagebluk di masyarakat, mulai dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN), hingga subsidi gaji untuk pekerja dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta.

Selain itu, harapan akan adanya pemulihan bisnis karena ketersediaan vaksin Covid-19 juga menjadi angin segar bagi IHSG. Hanya saja, Aria menilai saat ini belum dapat dipastikan sejauh mana dampak dari efektifitas dan kecepatan pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat.

Baca Juga: Begini rekomendasi analis untuk saham-saham indeks LQ45

Untuk diketahui, sejumlah emiten juga berencana untuk melakukan buyback saham, sebut saja PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan menyiapkan dana Rp 1 triliun untuk aksi korporasi ini. Adapula PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) juga tercatat sedang melakukan buyback dengan anggaran Rp 500 miliar.

William menilai, keputusan emiten tersebut dalam melakukan buyback saat ini cukup berisiko. Memang, harga saham mungkin akan tertahan dan tidak akan turun lagi. Tetapi, potensi  untuk naik kembali juga cukup sulit.

William menilai, sejatinya buyback merupakan aksi menadah saham supaya penurunan saham tersebut mampu  tertahan. Namun, jika pada dasarnya tidak ada sentimen positif di pasar saham, maka buyback ini bisa berujung sia-sia karena harga saham berpotensi jatuh kembali nantinya. “Sebaiknya dilakukan jika kondisi ekonomi benar-benar sudah akan membaik, karena saat ini melakukan buyback terlalu berisiko,” imbuh dia.

Senada, Aria menilai buyback emiten pada saat ini lebih berdampak pada efek psikologis pasar. Sebab, sentimen akan adanya resesi dan pemulihan dari pandemi Covid-19 masih akan menjadi topik dan sentimen utama sampai akhir tahun ini.

Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) buyback saham, berapa harga wajar sahamnya?

Kedua analis sepakat, rencana buyback yang dilakukan oleh emiten seperti BRPT dan SCMA  tidak akan berdampak signfikan dalam menjaga penurunan IHSG. Toh, bobotnya tidak terlalu besar terhadap IHSG. Kalau berdampak, hanya akan berdampak pada harga sahamnya, tapi tidak terlalu berdampak ke IHSG.

Secara teknikal, William menyebut hanya SCMA yang layak direkomendasikan saat ini. Sementara saham BRPT masih dalam fase downtrend dengan tekanan jual yang lebih tinggi. Adapun support SCMA ada  pada level Rp 1.120 per saham, dan William merekomendasikan buy dengan target harga pada Rp 1.245–Rp 1.280 per saham.

Baca Juga: ORI018 Masih Menarik Jika Imbal Hasil Masih di Kisaran 6%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×