Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang beradu sprint dengan bursa saham Thailand dan susul menyusul. Sejauh ini, indeks bursa saham Thailand masih unggul tipis dibandingkan dengan IHSG.
Akhir pekan lalu, IHSG sempat menjadi juara karena naik 18,01% sejak awal tahun. Periode sama, bursa Thailand naik 17,91%.
Kemarin, bursa Thailand kembali menyalip IHSG. Awal pekan ini, kendati naik lagi dan menembus 5.458,98, IHSG harus puas di peringkat kedua dengan kenaikan 18,85% sepanjang tahun ini (ytd). Sementara bursa Thailand unggul tipis karena naik 19,74% sejak awal tahun (lihat infografik).
Saat ini rata-rata price earning ratio (PE) IHSG sebesar 13,1 kali. Sementara rata-rata price to book value (PBV) sebesar 2,8 kali.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, memprediksi, IHSG bisa melaju ke 5.600-5.700. Dia yakin, IHSG masih sesuai fundamental ekonomi dan belum berpotensi bubble. Namun dia mengingatkan, kenaikan IHSG yang terlalu cepat bisa juga membuat pasar jatuh cepat.
Prediksi Hans, hingga September nanti aliran dana asing terus melaju dan mendongkrak IHSG. "Sebagian dana asing yang masuk dari program amnesti pajak di-crossing menjadi kepemilikan lokal," ujar Hans, kemarin.
Dari sisi valuasi, PE IHSG tinggi karena ada beberapa saham memiliki PE mahal, seperti HMSP dan UNVR. "Namun karena kinerja emiten saat ini tumbuh bagus, di jangka panjang valuasi itu masih wajar," ujar Hans.
Analis Danareksa Securities Lucky Bayu Purnomo, menilai, ketimbang bursa regional, PE IHSG cukup mahal alias overvalue. Tapi lantaran banyak sentimen positif dari indikator makro, IHSG masih bisa naik hingga level 5.500.
Kalkulasi Lucky, IHSG bisa terkoreksi jika sudah menyentuh 5.524. "Ini valuasi tinggi, sehingga ketika di level itu, ada profit taking besar dan indeks terkoreksi," tutur dia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua sebesar 5,18% menjadi salah satu indikator yang membuat IHSG melaju. Pertumbuhan ekonomi itu di atas ekspektasi konsensus 4,89%.
Janson Nasrial, Head of Institutional Equity MNC Securities, melihat, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua di luar dugaan. "Pertumbuhan ekonomi memuaskan dan belanja konsumer tahan banting," kata dia.
Sentimen positif lain adalah pemerintah lebih agresif. Bahkan penyerapan anggaran belanja di dua kuartal terakhir tahun ini bisa lebih agresif lagi. Sayang investment spending masih stagnan.
Sentimen lain, rupiah masih kuat ketimbang negara lain. Di tengah suku bunga negatif di beberapa negara, pasar saham diperkirakan masih kebanjiran dana asing.
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, melihat, seluruh data ekonomi sudah terbit. Alhasil, pasar bisa berbalik arah. "Tidak ada lagi yang menjadi bahan ekspektasi, maka akan terjadi koreksi minor," imbuh dia. Koreksi diharapkan tak tajam, mengingat fundamental ekonomi masih membaik.
Menurut Janson, jika ada koreksi, IHSG sulit turun di bawah 5.200. Sampai akhir 2016, IHSG masih bisa mencapai 5.450-5.500. Prediksi Reza, IHSG di akhir tahun bisa 5.550-5.560.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News