kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

Bursa Asia Mixed, Pasar Menakar Dampak Ekonomi Konflik Rusia-Ukraina


Rabu, 09 Maret 2022 / 17:12 WIB
Bursa Asia Mixed, Pasar Menakar Dampak Ekonomi Konflik Rusia-Ukraina
ILUSTRASI. Indeks saham di sejumlah negara Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (9/3).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di sejumlah negara Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (9/3). Indeks saham di Asia Timur seperti Nikkei, Shanghai Composite, dan Hang Seng ditutup melemah masing-masing 0,30%, 1,13%, dan 0,67%.

Sementara itu, indeks di Asia Tenggara seperti Strait Times dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat masing-masing 1,48% dan 0,74%. Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, pasar saham Asia yang ditutup bervariatif (mixed) karena investor masih menilai potensi dampak ekonomi dari perang di Ukraina.

Sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya atas Rusia yang merupakan negara raksasa pengekspor komoditas telah memicu lonjakan harga minyak mentah, logam, gandum dan sejumlah komoditas lain. Menurut investor, ini merupakan sebuah langkah yang akan memperparah tingkat inflasi yang memang sebelumnya sudah tinggi dan menekan pertumbuhan ekonomi global atau kondisi yang lebih dikenal dengan istilah stagflasi.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,74% ke 6.864 Hingga Tutup Pasar Rabu (9/3)

Volatilitas di pasar saham, pasar forex, dan pasar obligasi berada di level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Ini karena investor melakukan kalibrasi ulang atas portofolio mereka untuk mengantisipasi harga komoditas yang tinggi serta konflik yang berkepanjangan di kawasan Eropa Timur.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data inflasi Tiongkok baik di level produsen atau producer price index (PPI) maupun di level konsumen atau consumer price index (CPI). CPI China naik 0,9% secara year-on-year (yoy) pada bulan Februari, atau sama dengan laju kenaikan di bulan sebelumnya.

Angka CPI bulan Februari ini adalah yang terendah sejak September 2021 seiring penurunan terbesar dalam 5 bulan pada harga bahan makanan akibat anjloknya harga daging babi.

Baca Juga: Berotot, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 14.371 Per Dolar AS Pada Rabu (9/3)

Di level produsen, inflasi (PPI) tumbuh melambat menjadi 8,8% yoy pada bulan lalu dari 9,1% yoy pada bulan Januari. Ini adalah laju kenaikan PPI terendah sejak Juni 2021 dan merefleksikan dampak dari langkah yang di ambil Pemerintah China untuk mengamankan pasokan dan mengendalikan kenaikan harga berbagai komoditas.

Dari dalam negeri, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) turun 6,5 poin ke level 113,1 di bulan Februari dari level 119.6 pada bulan Januari, yang juga adalah level tertinggi dalam 2 tahun. IKK untuk bulan Februari ini adalah yang terendah dalam 5 bulan terakhir akibat gelombang terkini penularan virus Covid-19.

IKK yang berada di atas level 100 memberi indikasi keyakinan konsumen tetap kuat dan masih berada pada area optimistis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×