Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Rabu (14/6), ditutup beragam (mixed) dengan kecenderungan naik. Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas, Bursa Asia dipengaruhi data inflasi Amerika Serikat (AS) yang keluar lebih rendah dari ekspektasi. Hal ini memperkuat harapan bahwa bank sentral AS, yakni Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga acuan.
Namun, tekanan inflasi yang masih tinggi di berbagai belahan dunia membuat investor khawatir. Upah di Inggris tumbuh dengan laju yang lebih cepat di bulan April sehingga mempersulit bank sentral Inggris atau Bank of England (BOE) dalam mengambil keputusan suku bunga minggu depan.
Imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah Jerman bertenor pendek naik ke level tertinggi dalam 3 bulan semalam, karena investor mempunyai ekspektasi bank sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) bulan ini dan di bulan Juli sebelum akhirnya menahan suku bunga hingga akhir tahun ini.
Penurunan suku bunga jangka pendek di China Selasa kemarin (13/6) untuk pertama kali dalam 10 bulan terakhir juga memperkuat harapan bahwa Pemerintah China akan meluncurkan paket stimulus ekonomi untuk memberi dukungan pada proses pemulihan ekonomi tahun ini.
Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi Besok (15/6), Ini Saham yang Bisa Dicermati
Namun, penurunan suku bunga ini juga membangkitkan kekhawatiran mengenai seberapa besar keretakan dalam ekonomi China setelah 3 tahun berada dalam situasi lockdown Covid-19.
Paket stimulus ekonomi diprediksi paling cepat dapat diluncurkan besok (15/6), dengan bank sentral China yang diproyeksikan akan menurunkan suku bunga Medium Long-Term Facility (MLF) bertenor 1 tahun.
Pada hari yang sama, sejumlah data penting ekonomi China seperti produksi industri, penjualan ritel, tingkat pengangguran, indeks harga perumahan, serta investasi aset tetap (fixed asset investment) dijadwalkan untuk dirilis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News