Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia investasi kerap dikaitkan dengan risiko tinggi, spekulasi, dan strategi agresif untuk meraih keuntungan dalam waktu singkat.
Namun, Sandra Sunanto, Presiden Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), memilih pendekatan yang berbeda dengan mengedepankan stabilitas, kehati-hatian, dan nilai jangka panjang dalam membangun portofolio investasinya.
Bagi Sandra, investasi bukan sekadar menanamkan modal untuk memperoleh imbal hasil, melainkan merupakan upaya mempersiapkan masa depan secara sadar.
Ia memulai perjalanan investasinya sejak awal karier profesional, tepat setelah menerima gaji pertamanya dan mampu menyisihkan sebagian pendapatan.
Baca Juga: Tips Investasi Sandra Sunanto, Dirut Hartadinata: Bertumpu pada Nilai dan Stabilitas
Menariknya, investasi pertama yang ia lakukan bukan dalam bentuk saham atau properti, melainkan dalam pendidikan.
"Investasi pertama saya adalah untuk studi S2 pada tahun 1998. Bagi saya, melanjutkan studi adalah investasi paling utama untuk masa depan," ujar Sandra.
Setelah menuntaskan pendidikan, Sandra mengalihkan fokus investasinya ke emas batangan, instrumen yang dinilai fundamental dalam pengelolaan kekayaan jangka panjang.
Ia memulai dengan membeli emas seberat 10 gram, lalu secara konsisten menambah kepemilikan emasnya.
Menurut Sandra, ketertarikannya pada emas tidak hanya berdasarkan nilai intrinsik logam mulia tersebut, tetapi juga faktor budaya dan sejarah di masyarakat Indonesia.
Ia menilai emas memiliki nilai yang stabil dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, serta mudah diuangkan saat dibutuhkan.
Baca Juga: Investasi Emas Digital Semakin Digandrungi, Transaksi Capai Rp 41,3 Triliun pada 2024
"Sejak dulu sudah banyak anjuran dari ibu-ibu kita untuk membeli emas ketika memiliki uang, karena mudah diuangkan dan nilainya stabil," kata Sandra.
Saat ini, portofolio investasi Sandra terdiri dari 50% emas, 40% properti, dan 10% saham.
Komposisi tersebut mencerminkan pendekatan konservatif namun terukur yang menurutnya mampu memberikan ketahanan finansial di tengah dinamika ekonomi global.
Konsisten dan Tidak Tergiur Tren
Sandra memegang prinsip investasi sederhana namun kokoh, yaitu kehati-hatian dan konsistensi. Ia lebih memilih instrumen yang jelas, dapat dipantau, dan tahan terhadap gejolak ekonomi.
"Bagi saya, investasi bukan soal cepat kaya, tetapi bagaimana menyiapkan masa depan dengan lebih aman dan tenang," ujarnya.
Sandra menuturkan bahwa kekuatan konsistensi terbukti saat ia menghadapi kebutuhan mendesak.
Kebiasaan membeli emas secara bertahap yang awalnya terasa tidak berarti, justru menjadi penyelamat ketika sebagian emas tersebut dapat dijual dengan harga lebih tinggi dibanding harga beli.
Baca Juga: Ekonom Beberkan Risiko Investasi Emas di Kondisi Ekonomi yang Tak Stabil
"Kesabaran itu penting. Emas benar-benar bisa menjadi penyelamat di saat-saat genting," ungkapnya.
Di tengah maraknya tren investasi dalam koleksi jam tangan, tas mewah, atau sneakers edisi terbatas, Sandra memilih tetap berpegang pada prinsipnya.
Ia tidak menganggap barang-barang tersebut sebagai instrumen investasi, melainkan sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
"Saya membeli beberapa barang itu sebagai reward atas kerja keras saya, bukan sebagai investasi," jelasnya.
Baca Juga: Investasi Emas Saat Ekonomi Tak Stabil Memiliki Risiko Ini, Cek Penjelasannya
Melihat semakin besarnya minat masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap investasi, Sandra menyarankan untuk memulai dari instrumen yang sederhana. Menurutnya, emas adalah pilihan ideal bagi investor pemula karena mudah dipahami, likuid, dan nilai pertumbuhannya stabil.
"Bahkan saat ini sudah tersedia layanan mencicil untuk memiliki emas. Anggap saja seperti menabung," tutupnya.
Selanjutnya: Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Asing Selama Sepekan Ini
Menarik Dibaca: 15 Daftar Buah yang Cocok untuk Dikonsumsi saat Menurunkan Berat Badan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News