kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

BORN gunakan dividen Bumi Plc untuk bayar utang


Rabu, 16 Oktober 2013 / 20:01 WIB
BORN gunakan dividen Bumi Plc untuk bayar utang
ILUSTRASI. Cara Mudah Top Up ShopeePay Lewat Alfamart, Alfamidi, dan Indomaret.


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk (BORN) akan menggunakan dana penjualan anak usaha dan hasil dividen Bumi Plc untuk membayar cicilan utang kepada Standard Chartered Bank (SCB).

BORN berniat menjual anak usahanya, PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) kepada investor strategis. Adapun, jumlah saham yang akan dilepas mencapai 20%. Alexander Ramlie, Direktur Utama BORN menargetkan, proses penjualan saham AKT bisa terealisasi di kuartal I-2014 mendatang.

"Kami akan selesaikan transaksi (pisah kongsi) dengan Group Bakrie terlebih dahulu," ujarnya, Rabu (16/10). Ia belum mau bilang calon investor strategis yang akan membeli AKT. Begitu pula nilai jualnya.

Hanya saja, Alexander memperkirakan, valuasi AKT akan lebih besar dari nilai asetnya saat ini. Mengutip laporan keuangan BORN per akhir Juni 2013, jumlah aset AKT sebelum eliminasi mencapai US$ 1,26 miliar. Berarti, dengan penjualan 20% saham AKT, sedikitnya BORN bisa mengantongi sekitar US$ 252 juta.

Sumber lain yang akan digunakan untuk membayar cicilan SCB adalah dari dividen Bumi Plc. "Kami akan terima dividen dari Bumi Plc sekitar US$ 200 juta, separuhnya bisa kami gunakan untuk cicilan utang," jelas Alexander.  Hingga kini, emiten batubara ini telah membayar US$ 205 juta atas pinjaman SCB tersebut.

Berarti, masih tersisa US$ 795 juta yang harus dibayar. Borneo meminta agar US$ 300 juta-US$ 500 juta utang SCB bisa dilunasi hingga 2018 mendatang.

Tidak hanya perpanjangan tenor, manajemen BORN juga meminta agar sejumlah kovenan tidak diberlakukan. Adapun, beberapa konvenan yang dimaksud diantaranya persyaratan ekuitas BORN minimal harus US$ 800 juta. Namun, sejak akhir tahun lalu, nilai ekuitas perseroan terus anjlok menjadi US$ 352,58 juta.

Per Juni 2013, nilai ekuitas BORN kembali melorot menjadi US$ 229,36 juta. Selain itu, BORN juga harus mempertahankan posisi rasio utang terhadap laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar 3,5 kali di akhir 2012.

Sedangkan tahun ini, rasio itu ditentukan tidak boleh lebih dari 3 kali. Adapun untuk tahun 2014-2016, rasio ini tidak boleh lebih besar dari 2,5 kali. Per akhir 2012, rasio utang bersih terhadap EBITDA sudah melebihi dari batas yang telah ditentukan, yaitu 4,48 kali.

Hal ini berakibat utang SCB tersebut dikategorikan sebagai utang jangka pendek, bukan jangka panjang. Oleh karena itu, BORN tengah meminta agar ketentuan itu tidak diberlakukan  untuk tahun ini dan tahun depan. Sedangkan, pada 2015, ketentuan kovenan bisa berlaku normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×