kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.870   69,00   0,43%
  • IDX 7.149   -12,48   -0,17%
  • KOMPAS100 1.094   -0,36   -0,03%
  • LQ45 869   -2,98   -0,34%
  • ISSI 217   0,42   0,20%
  • IDX30 444   -1,98   -0,44%
  • IDXHIDIV20 536   -3,64   -0,67%
  • IDX80 126   0,07   0,06%
  • IDXV30 135   -1,09   -0,80%
  • IDXQ30 148   -1,10   -0,74%

BNI-AM pangkas porsi deposito


Kamis, 21 April 2016 / 20:43 WIB
BNI-AM pangkas porsi deposito


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) secara resmi mengumumkan pergantian suku bunga acuan dari BI rate menjadi BI seven day reverse repo rate. Bagaimana strategi manajer investasi PT BNI Asset Management alias BNI-AM dalam menyikapi hal tersebut?

BI seven day reverse repo rate akan tercatat di level 5,5% dengan batas bawah koridor (deposit facility rate) dan batas atas koridor (lending facility rate) masing-masing 75 bps. Jika tak ada aral melintang, kebijakan ini mulai berlaku pada pertengahan Agustus 2016.

Hanif Mantiq, Head of Investment PT BNI Asset Management berpendapat, sejatinya perubahan kebijakan BI bertujuan untuk menekan bunga kredit dan bunga deposit. Sebab, dengan bunga yang rendah, biaya pendanaan (cost of fund) perusahaan juga bakal menyusut.

Misalnya, pada bunga deposito bank BUKU III dan BUKU IV akan mengecil dari semula 7,5% - 7,75% menjadi 6,25% - 6,5%. Dengan penetapan baru ini, Hanif menerawang bakal ada perpindahan dana dari instrumen deposito ke efek surat utang, baik Surat Utang Negara (SUN) maupun obligasi korporasi.

Walhasil, lanjut Hanif, perusahaan memangkas porsi deposito dalam produk reksadananya. “Returnnya tidak menarik lagi. Efek saham di reksadana saham kami perbesar hingga 95%. Untuk reksadana pendapatan tetap, obligasinya sudah 100%,” jelasnya.

Adapun efek saham yang dipilih adalah sektor konsumer, properti, konstruksi serta health care. Perusahaan juga masih optimistis terhadap prospek saham sektor perbankan.

Hanif berujar, penurunan suku bunga selalu menjadi katalis positif bagi industri perbankan. Sebab, penurunan bunga kredit akan mendongkrak pertumbuhan kredit.

“Risiko kredit macet juga turun sehingga keuntungan meningkat akibat rendahnya pencadangan kredit macet,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×