kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.171.000   -3.000   -0,14%
  • USD/IDR 16.770   45,00   0,27%
  • IDX 8.041   -85,89   -1,06%
  • KOMPAS100 1.115   -15,24   -1,35%
  • LQ45 796   -13,08   -1,62%
  • ISSI 280   -3,76   -1,33%
  • IDX30 418   -6,67   -1,57%
  • IDXHIDIV20 480   -5,99   -1,23%
  • IDX80 122   -1,69   -1,37%
  • IDXV30 134   0,38   0,28%
  • IDXQ30 132   -1,76   -1,31%

Bitcoin Terkoreksi 4,79% Usai Pemangkasan Suku Bunga, Begini Proyeksi di Akhir 2025!


Kamis, 25 September 2025 / 17:42 WIB
Bitcoin Terkoreksi 4,79% Usai Pemangkasan Suku Bunga, Begini Proyeksi di Akhir 2025!
ILUSTRASI. Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), resmi menurunkan suku bunga acuan federal funds rate sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi di kisaran 4%–4,25% pada rapat rapat Federal Open Market Committee (FOMC), 7 September 2025. Usai pengumuman tersebut harga bitcoin terus menunjukkan tren pelemahan. REUTERS/Benoit Tessier/Illustration


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), resmi menurunkan suku bunga acuan federal funds rate sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi di kisaran 4%–4,25% pada rapat rapat Federal Open Market Committee (FOMC), 7 September 2025. Usai pengumuman tersebut harga bitcoin terus menunjukkan tren pelemahan.  

Mengutip Coinmarketcap Kamis (25/9/2025) pukul 16.53 WIB, harga Bitcoin terkoreksi 4,79% ke level US$ 111.701,17. 

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, penurunan ini dipengaruhi oleh gabungan faktor teknikal maupun fundamental. Salah satu penyebab utama adalah gelombang likuidasi posisi leverage di pasar derivatif yang mencapai miliaran dolar AS setelah harga gagal bergerak naik sesuai ekspektasi. 

“Kondisi ini diperburuk oleh aksi ambil untung dari investor yang sudah berada dalam posisi untung sebelum pengumuman suku bunga, sehingga menambah tekanan jual,” ujar Fyqieh kepada Kontan, Kamis (25/9/2025). 

Baca Juga: Prediksi Puncak Harga Bitcoin Menggunakan 5 Indikator

Dari sisi kebijakan, pasar juga merasa kecewa dengan sinyal hawkish dari The Fed. Pemangkasan kali ini dianggap lebih sebagai langkah “manajemen risiko” daripada awal siklus pelonggaran agresif, sehingga ekspektasi kenaikan harga aset berisiko seperti kripto tidak langsung terealisasi.

Selain itu, faktor makro global turut memengaruhi. Kekhawatiran inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan fluktuasi nilai dolar AS masih menahan aliran modal masuk ke aset berisiko. Suku bunga acuan juga tetap relatif tinggi di kisaran 4% – 4,25%, sehingga aset aman seperti obligasi US Treasury tetap menarik dibanding kripto yang volatil. 

“Dampak nyata dari pelonggaran moneter kemungkinan butuh waktu untuk terasa, dan dalam jangka pendek pasar lebih dulu bereaksi dengan volatilitas,” terangnya. 

Dari sisi teknikal, Fyqieh menyebut kegagalan Bitcoin mempertahankan level support penting semakin memicu aksi jual lanjutan, termasuk short-selling dari trader yang melihat peluang turun.

Pada 23 September 2025, ETF Bitcoin (spot) mencatat total outflow sekitar US$ 103,61 juta. Dalam hari yang sama, sebagian besar produk pencatat aliran negatif, Fidelity’s FBTC memimpin dengan US$ 75,56 juta keluar.

Secara keseluruhan, penurunan ini tidak bisa dianggap sebagai tanda bahwa pemangkasan suku bunga gagal mendukung pasar kripto. Melainkan cerminan betapa sensitifnya Bitcoin terhadap ekspektasi, sentimen jangka pendek, dan likuiditas pasar. 

Fyqieh mengatakan, pergerakan harga Bitcoin selanjutnya akan sangat dipengaruhi oleh data makro AS, panduan kebijakan Fed berikutnya. Serta sejauh mana aliran modal institusional masuk ke instrumen kripto dalam beberapa bulan ke depan.  

“Bila The Fed melakukan pemangkasan lebih lanjut (misalnya 25 bps tambahan) dalam pertemuan mendatang dan investor institusional terus masuk, harga bisa bergerak menuju US$135.000 - US$145.000 pada akhir tahun 2025,” tandasnya.  

Baca Juga: Michael Saylor Prediksi Bitcoin Akan Naik Kembali Menuju Akhir 2025

Disisi lain, analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, likuiditas jangka pendek sempat mengalir deras ke aset risk-on, termasuk Bitcoin dan altcoin. Sehingga ketika keputusan akhir pemangkasan suku bunga The Fed keluar, sebagian investor justru melakukan aksi profit taking

Indikator SOPR (Spent Output Profit Ratio) yang mengukur perbandingan aksi profit taking dan cut loss mengindikasikan bahwa aksi profit taking memang terjadi. Namun saat ini berada pada level yang relatif normal, sehingga tekanan jual jangka pendek mungkin akan cukup minim.

“Selain itu, alasan pelemahan ekonomi termasuk pelemahan sektor tenaga kerja AS yang melatarbelakangi penurunan suku bunga tersebut membuat kekhawatiran investor terhadap risiko lonjakan inflasi meningkat,” ungkap Fahmi. 

Menurut Fahmi, bitcoin masih berpeluang kembali mencetak new all time high. Namun, skenario downside tetap ada seperti terjadinya shutdown pemerintah AS yang dapat memicu tekanan arus kas jangka pendek serta pemangkasan lapangan pekerjaan dalam skala besar. 

“Selain itu potensi lonjakan inflasi atau mulai menguatnya dolar, juga dapat memicu berkembangnya sentimen negatif dengan risiko koreksi Bitcoin ke bawah US$ 100.000,” tutup Fahmi.

Selanjutnya: Italia dan Spanyol Kerahkan Kapal Perang untuk Kawal Armada Bantuan Gaza

Menarik Dibaca: Ternyata Ini 5 Zodiak yang Paling Gampang Jatuh Cinta lo, Pisces Salah Satunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×