kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.621.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.439   -134,00   -0,82%
  • IDX 7.030   -79,14   -1,11%
  • KOMPAS100 1.029   -15,21   -1,46%
  • LQ45 811   -12,07   -1,47%
  • ISSI 210   -1,76   -0,83%
  • IDX30 421   -5,12   -1,20%
  • IDXHIDIV20 507   -5,69   -1,11%
  • IDX80 117   -2,09   -1,76%
  • IDXV30 121   -1,30   -1,06%
  • IDXQ30 139   -1,68   -1,20%

Bitcoin Jatuh ke Bawah Level US$ 100.000, Cermati Pergerakan Harga Selanjutnya


Senin, 03 Februari 2025 / 17:17 WIB
Bitcoin Jatuh ke Bawah Level US$ 100.000, Cermati Pergerakan Harga Selanjutnya
ILUSTRASI. Harga Bitcoin kembali ke bawah level US$ 100.000 setelah terseret kebijakan impor tarif Donald Trump


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) jatuh di level bawah US$ 100.000. Meningkatnya kondisi ketidakpastian seiring dimulainya tarif impor dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menekan harga aset kripto.

Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, penurunan harga Bitcoin ke kisaran US$ 93.000 dipicu oleh beberapa faktor makroekonomi global.

Salah satunya adalah kebijakan perdagangan Presiden Trump dengan kebijakan yang memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk produk dari Meksiko dan Kanada, serta 10% untuk barang dari China mulai Selasa (4/2).

Langkah penerapan tarif impor ini langsung mendapat respons keras dari ketiga negara tersebut. Di mana, Meksiko dan Kanada mengancam melakukan balasan dengan mengenakan tarif bagi produk AS. 

Sedangkan China berencana menggugat kebijakan tarif impor AS tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Selain itu, harga bitcoin terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit-taking), setelah Bitcoin mencapai level tertinggi (ATH) di atas US$ 100.000. Aset kripto, yang diperdagangkan tanpa henti termasuk di akhir pekan, semakin sensitif terhadap sentimen pasar global.

Baca Juga: Tarif Trump Bisa Mendorong Bitcoin ke Level Lebih Tinggi dalam Jangka Panjang

‘’Investor khawatir kebijakan tarif Trump dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, menekan pendapatan perusahaan, dan berkontribusi terhadap inflasi. Ketidakpastian yang meningkat mendorong peralihan dana ke aset yang lebih aman, menyebabkan tekanan jual pada Bitcoin dan altcoin,’’ kata Panji kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).

Mengutip Coinmarketcap, Senin (3/2) pukul 17.00 WIB, harga Bitcoin terkoreksi sekitar 4% dalam 24 jam dan periode 7 hari terakhir di level US$ 95.372. Sementara itu, Alternative Coin (Altcoin) cetak penurunan lebih buruk lagi, dengan harga Ethereum (ETH) anjlok 17,22% dalam 24 jam ke level US$ 2.574.

XRP terpantau ambles 17,66% dalam 24 jam ke level US$ 2,38. Solana (SOL) juga terpantau koreksi 8,87% dalam 24 jam ke level US$ 194,73.

Panji menyebutkan, perang tarif yang agresif ini meningkatkan kekhawatiran akan inflasi dan prospek suku bunga tinggi di tahun 2025. Akibatnya, investor banyak pergi meninggalkan aset berisiko seperti aset kripto dan beralih ke dolar AS yang dianggap lebih aman.

Indeks Dolar (DXY) pun melonjak sekitar 2,2% dalam seminggu terakhir, naik dari angka 107,445 hingga saat ini berada di angka 109,76.

Di tengah terjadi koreksi harga aset kripto, saat ini dominasi Bitcoin (BTC.D) telah melampaui angka 60%. Bitcoin menjadi pilihan utama di antara berbagai aset kripto saat ketidakpastian tengah membayangi pasar.

Baca Juga: Tarif Trump Bikin Dolar AS Perkasa, Mata Uang Utama & Emerging Market Kompak Ambles

Panji menjelaskan, dominasi Bitcoin saat ini berada di angka 62,16% yang merupakan tertinggi dalam tiga tahun terakhir sejak Februari 2021. Lonjakan dominasi Bitcoin ini menunjukkan bahwa banyak investor lebih memilih Bitcoin sebagai aset pelindung di tengah ketidakpastian pasar.

Biasanya, naiknya dominasi Bitcoin diikuti dengan koreksi signifikan harga Bitcoin dan berimbas pula pada koreksi harga Altcoin. Sebagai besar Altcoin turut ke zona merah disebabkan oleh dominasi Bitcoin yang masih tinggi, serta ketergantungan pasar terhadap likuiditas BTC.

Menurut Panji, level support penting Bitcoin di kisaran US$ 91.000. Jika level ini bertahan, maka ada peluang untuk berbalik menguat (rebound) menuju US$ 97.000 – US$ 100.000 dalam jangka pendek. Namun, jika tekanan jual berlanjut, BTC bisa menguji support berikutnya di sekitar US$ 85.000.

‘’Pergerakan harga Bitcoin selanjutnya sangat bergantung pada perkembangan makroekonomi dan respons pasar terhadap kebijakan serta sentimen dari pemerintahan Trump,’’ tutur Panji.

Baca Juga: Robert Kiyosaki: Tarif Trump Bisa Bikin Pasar Ambruk, Tapi Juga Cetak Kekayaan!

Panji menilai, fase koreksi ini justru bisa menjadi peluang akumulasi secara bertahap untuk investor jangka panjang dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) pada level support. Sementara itu, trader jangka pendek perlu lebih berhati-hati dengan volatilitas tinggi dan mempertimbangkan level stop-loss untuk mengelola risiko.

‘’Diversifikasi portofolio ke aset yang lebih stabil atau stablecoin juga bisa menjadi langkah mitigasi di tengah ketidakpastian pasar saat ini,’’ pungkasnya.

Selanjutnya: OJK Proyeksi Aset Industri Asuransi Umum dan Reasuransi Tumbuh hingga 10% pada 2025

Menarik Dibaca: Tips Memilih Asuransi Kesehatan Tambahan dari Sompo Insurance

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×