Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) kembali mencuri perhatian setelah berhasil menembus harga US$ 70.000 pada Selasa (29/10) pukul 05.00 WIB. Ini merupakan level tertinggi sejak Juli 2024.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, pada pukul 16.00 WIB di hari yang sama, Bitcoin tercatat berada di level US$ 71.100, menguat 4,20% dalam 24 jam terakhir dan naik 6,29% dalam 7 hari terakhir.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menyatakan bahwa penguatan Bitcoin ini didorong oleh optimisme pasar menjelang pemilihan umum Amerika Serikat (AS) pada 5 November mendatang. Pemilu tersebut diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan ekonomi dan sektor keuangan AS, termasuk pasar kripto.
Baca Juga: Investasi Kripto di Indonesia Didominasi Gen Z dan Milenial
Selain itu, Panji mengaitkan kenaikan ini dengan sentimen "risk-on" di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan kembali memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada FOMC 7 November mendatang, yang memberikan peluang bagi Bitcoin untuk terus bergerak naik.
"Dari perspektif teknikal, Bitcoin berhasil breakout dari resistance trendline dan resistance di US$ 69.00. Jika BTC mampu bertahan di atas level support UUS$ 69.000, ada potensi untuk terus menguat hingga US$ 72.000, yang terakhir dicapai pada 7 Juni 2024," ujar Panji dalam siaran persnya, Selasa (29/10).
Panji juga mencermati bahwa produk ETF kripto dalam beberapa bulan terakhir telah menarik miliaran dolar ke pasar, terutama setelah sempat tertunda persetujuannya di awal tahun. ETF kripto memberikan akses baru bagi investor institusi yang sebelumnya menganggap pasar kripto terlalu berisiko.
Saat ini, momentum positif dari ETF Bitcoin spot masih berlanjut, dengan lonjakan arus masuk sebesar US$997 juta pada periode perdagangan 21-25 Oktober 2024, sebagaimana dikutip dari SoSo Value.
Baca Juga: Luar Biasa! Kekayaan Elon Musk Melonjak US$34 Miliar dalam Sehari
Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di level US$ 73.737 pada Maret 2024, dua bulan setelah peluncuran ETF Bitcoin. Namun, aset ini kemudian mengalami tekanan akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta ketidakpastian suku bunga yang tinggi.
Meski demikian, keputusan bank sentral untuk menurunkan suku bunga bulan lalu kembali meningkatkan minat investor pada aset berisiko seperti Bitcoin.
“Lingkungan suku bunga rendah membuat investasi berisiko seperti kripto lebih menarik karena biaya pinjaman yang lebih rendah. Ini yang membuat Bitcoin dan altcoin diperkirakan akan mengalami kenaikan signifikan dalam waktu dekat," jelas Panji.
Panji menambahkan bahwa dengan dukungan ETF dan peningkatan minat dari investor institusi, Bitcoin berada di jalur untuk mencapai rekor tertinggi baru. Namun, ia juga mengingatkan bahwa investor harus berhati-hati terhadap potensi koreksi yang bisa terjadi kapan saja, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Tidak hanya Bitcoin, altcoin juga diprediksi akan kembali bersinar seperti pada tahun 2021, saat DeFi dan NFT menjadi sorotan. Saat ini, dominasi Bitcoin (BTC.D) di pasar kripto telah mencapai 59,52%, mendekati 60%, yang merupakan angka tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Baca Juga: Prediksi Aset Kripto di Kuartal IV-2024, Bitcoin Berpotensi Mencetak Rekor Tertinggi
Kondisi ini memicu spekulasi datangnya "altseason", di mana altcoin seperti Ethereum dan Solana berpotensi mencatatkan performa lebih baik dibandingkan Bitcoin.
“Pola ini sering terjadi setelah Bitcoin mencapai puncaknya, saat investor mulai beralih ke altcoin,” tambah Panji.
Pola teknikal rising wedge yang terlihat pada BTC.D menandakan potensi koreksi, yang bisa membuka jalan bagi altseason. Altcoin utama seperti Ethereum, Solana, hingga meme coin dapat menjadi pilihan menarik bagi para trader.
"Jika dominasi Bitcoin menurun, ini bisa menjadi sinyal awal altseason, di mana altcoin berpotensi tumbuh dengan cepat," tandas Panji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News