Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
Demi memuluskan target bisnisnya, TPMA pun berencana untuk menambah 3-4 kapal di tahun ini. Maka dari itu, perusahaan menganggarkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 120 miliar - Rp 150 miliar, yang sebagian besar dananya akan dipakai untuk modal penambahan kapal.
"Untuk pendanaan biasanya sekitar 70% pembiayaan bank dan sisanya 30% dari equity. Equity ini kami sudah punya. Pembiayaan banknya juga sudah ada sebenarnya sudah ada line dari BCA," tegas Ronny.
Hingga saat ini, TPMA masih berupaya untuk mencari kapal terbaik yang nantinya akan dibeli oleh perusahaan, baik itu kapal baru maupun kapal bekas. Kondisi pasar yang sedang naik, membuat kapal bekas juga ikut sulit untuk ditemukan.
"Sebenarnya strategi penambahan kapal itu bisa dua, kami beli baru atau beli yang bekas. Kapal bekas otomatis harganya lebih murah, yang baru sekarang harganya sangat tinggi. Hal ini yang jadi salah satu pertimbangan kami. Sampai Juni, kami belum ada komitmen karena masih menawar dan melihat-lihat," jelasnya.
Selain rencana penambahan kapal untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan, TPMA juga tak lupa untuk terus meningkatkan kinerja dari sisi servis dan pelayanan kepada pelanggan. Sebab, sebagai perusahaan jasa, memberikan layanan terbaik adalah hal yang paling penting bagi perusahaan.
Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) kejar pertumbuhan kinerja 5%-10% di tahun 2021
"Tentu saja yang paling utama adalah dari sisi kami harus bisa kompetitif dari segi harga. Kedua, adalah servis dan pelayanan, on time delivery, dan di masa pandemi ini, kami juga sangat ketat menerapkan protokol kesehatan," pungkas Ronny.
Sedikit informasi, kegiatan usaha utama TPMA meliputi jasa pengangkutan barang curah, khususnya batubara, menggunakan kapal tunda, tongkang, dan crane barge. Hingga tahun 2020, TPMA memiliki 38 unit kapal tunda dan 33 unit kapal tongkang, serta 3 crane barge.
Adapun, di tahun lalu TPMA menorehkan kinerja yang kurang memuaskan. Tercatat, pendapatan usaha TPMA menyusut 16,62% secara tahunan atau yoy menjadi US$ 39,76 juta dari sebelumnya US$ 47,68 juta di tahun 2019.
Penurunan signifikan juga terjadi dari sisi kinerja laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar alias laba bersih sebesar 74,69% yoy dari semula US$ 8,23 juta menjadi US$ 2,08 juta.
Selanjutnya: IHSG turun 0,17% ke 6.068 hingga tutup pasar Kamis (17/6)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News