kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Biden dilantik jadi presiden AS, berikut saham-saham yang terkena efek positif


Rabu, 20 Januari 2021 / 07:00 WIB
Biden dilantik jadi presiden AS, berikut saham-saham yang terkena efek positif


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan dilantik dan mulai menjalankan pemerintahannya pada Rabu (20/1). Salah satu hal yang menjadi fokus Biden adalah mengenai penggunaan energi terbarukan alias clean energy.

Dalam empat tahun ke depan, Biden berencana mengalokasikan US$ 2 triliun untuk meningkatkan penggunaan clean energy secara signifikan pada sektor transportasi, listrik, dan bangunan. Dia juga menekankan pentingnya mengurangi emisi bahan bakar fosil secara signifikan.

Lebih jauh, Biden pun menargetkan sejumlah hal, seperti sektor listrik bebas emisi pada tahun 2035, meningkatkan empat juta bangunan selama empat tahun untuk memenuhi standard tertinggi efisiensi energi, dan mengganti kendaraan pemerintah dengan kendaraan listrik. Ia pun menargetkan AS dapat mencapai nol emisi sebelum tahun 2050.

Merespons hal ini, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya melihat, kondisi ini akan berefek positif pada saham-saham pertambangan nikel, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Pasalnya, fokus pemerintahan Biden pada kendaraan listrik berpotensi mengangkat permintaan nikel yang merupakan bahan baku pembuatan baterai pada kendaraan listrik.

Baca Juga: Kebijakan green energy Biden akan menguntungkan emiten penambang logam

Menurut Hariyanto, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengoleksi dua saham tersebut, sebab ANTM dan INCO telah turun cukup dalam. Berdasarkan data RTI, ANTM terkoreksi 15,49% dalam tiga hari terakhir ke level Rp 2.710 per saham dan INCO turun 10,45% ke level Rp 5.950 per saham dalam dua hari terakhir.

"Saya melihat setelah harga saham ANTM dan INCO terkoreksi banyak dalam beberapa hari merupakan peluang untuk akumulasi," kata Hariyanto saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/1).

Baca Juga: IHSG melorot 1,06%, Selasa (19/1), begini proyeksi IHSG pada Rabu (20/1)

Bernada serupa, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, saham-saham pertambangan nikel memang menarik untuk menjadi lahan investasi terkait sentimen fokus Biden tersebut. Namun, yang perlu diingat, bisnis emiten-emiten komoditas bersifat cyclical dan bergantung pada pergerakan harga komoditasnya. "Para pelaku pasar perlu mencermati hal tersebut agar dapat masuk pada timing yang tepat," ucap Herditya.

Menurut dia, harga ANTM dan INCO saat ini masih relatif tinggi. Oleh karena itu, Herditya memperkirakan, ANTM dan INCO masih berpotensi untuk lanjut terkoreksi dalam jangka pendek. Kalaupun para investor ingin segera mengoleksinya, maka bisa melakukan cicil beli.

Herditya memperkirakan, support terdekat ANTM berada di level Rp 2.100 dengan resistance Rp 3.440 per saham. Sementara itu, support INCO ada di level Rp 5.900 dengan resistance Rp 7.000 per saham.

Selain saham pertambangan nikel, Herditya juga melihat prospek positif pada saham barang konsumsi dan perbankan. Pasalnya, Biden juga akan mengeluarkan dana jumbo US$ 1,9 triliun untuk program vaksinasi Covid-19 dan stimulus ekonomi.

Baca Juga: Rupiah bergerak flat jelang Rapat Dewan Gubernur BI

Kondisi ini dinilai akan memberikan sentimen positif pada IHSG dan saham perbankan sebagai kontributor terbesar IHSG, bakal menjadi yang pertama diburu investor. "Saham-saham consumer goods juga bisa dicermati karena ada probabilitas naik dalam waktu dekat," kata dia.

Herditya menyarankan investor untuk mencermati saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Dia memperkirakan, support-resistance BBCA berada di rentang Rp 34.200-Rp 36.900, BBRI Rp 4.540-Rp 4.840, BBNI Rp 5.950-Rp 6.675, ICBP Rp 9.325-Rp 10.225, GGRM Rp 40.000-Rp 42.000, dan UNVR Rp 7.350-Rp 8.000.

Baca Juga: Biden galakkan energi ramah lingkungan, apa dampaknya ke emiten batubara dan CPO?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×