CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.904   -44,00   -0,28%
  • IDX 7.220   5,53   0,08%
  • KOMPAS100 1.103   0,72   0,07%
  • LQ45 878   1,97   0,23%
  • ISSI 218   -0,27   -0,13%
  • IDX30 449   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 541   1,63   0,30%
  • IDX80 126   0,09   0,07%
  • IDXV30 136   0,48   0,35%
  • IDXQ30 150   0,36   0,24%

Kebijakan green energy Biden akan menguntungkan emiten penambang logam


Selasa, 19 Januari 2021 / 17:58 WIB
Kebijakan green energy Biden akan menguntungkan emiten penambang logam
ILUSTRASI. Produksi kendaraan listrik akan meningkatkan kebutuhan nikel dan timah.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden, adalah pengembangan energi baru terbarukan atau energi hijau (green energy). Hal ini berbanding terbalik dengan pendahulunya, yakni Donald Trump, yang pro dengan penggunaan energi konservatif sebagai penggerak ekonomi.

Salah satunya adalah rencana mendorong produksi mobil listrik. Hal ini tercantum dalam rencana penanggulangan perubahan iklim, yang akan digunakan untuk mengatasi perubahan iklim, menargetkan jaringan listrik bebas emisi karbon pada 2035, dan pengembangan sektor transportasi dekarbonisasi melalui pembuatan mobil listrik.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah mengamini, kebijakan Biden ini akan menjadi katalis positif terhadap harga komoditas nikel dan timah. Dia bilang, kampanye ini akan meningkatkan ekspektasi penggunaan kendaraan listrik (electric vehicles) ke depannya.

“Dan tentunya akan meningkatkan permintaan nikel dan timah karena kedua komoditas ini akan diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik,” terang Maryoki saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/1).

Baca Juga: IHSG merosot 1,06% ke 6.321 pada Selasa (19/1), saham ANTM top loser LQ45

NH Korindo Sekuritas berekspektasi bahwa harga nikel akan berada pada rentang US$ 16.000 per ton-US$ 17.000 per ton. Namun, jika dilihat kondisi sekarang yang tentunya sudah di luar ekspektasi, Maryoki memproyeksikan kenaikan harga nikel tidak akan setinggi di awal tahun 2021.

Sementara tahun ini akan ada beberapa katalis yang bisa mempengaruhi harga timah, salah satunya adalah pulihnya ekonomi China dan beberapa negara di dunia. Aktivitas manufaktur elektronik yang juga perlahan pulih menjadi katalis positif untuk timah. Ini karena produk timah banyak dipakai di barang-barang elektronik.

Booming kendaraan listrik juga menjadi katalis positif bagi timah karena penggunaan timah pada kendaraan listrik akan tiga kali lebih besar daripada kendaraan biasa. NH Korindo Sekuritas Indonesia memproyeksi harga timah akan normal dan stabil di kisaran harga US$ 18.000 per ton-US$ 20.000 per ton.

Baca Juga: Volume penjualan cenderung flat, begini rekomendasi saham PT Timah (TINS)



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×