Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Euforia pergerakan harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) berakhir. Harga saham e-commerce ini berangsur turun, bahkan sempat berada di bawah level harga saat pencatatan saham atawa listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Posisi tersebut tecapai pada perdagangan dua hari lalu, Rabu (18/7). Pada periode ini, saham BUKA menyentuh level Rp 830 per saham. Beruntung, saham BUKA tak turun lebih dalam karena dibatasi oleh auto-reject bawah (ARB) yang juga sempat terjadi selama lima hari berturut-turut.
Saham BUKA berlangsung pulih setelah ditutup menguat 65 poin atau setara 7,83% ke level Rp 895 per saham, Kamis (19/8). Level ini 5,29% lebih tinggi dibanding harga IPO, namun masih memiliki gap 32,45% dibanding harga tertinggi sejak IPO, Rp 1.325 per saham.
Investor asing mencatatkan net buy Rp 258,72 miliar di seluruh pasar atas saham BUKA. Namun, net sell sejak IPO masih terakumulasi senilai Rp 1,1 triliun.
Baca Juga: IPO GoTo, investor disarankan berhati-hati terkait rumor lock up
Berdasarkan data Bloomberg, Indo Premier Sekuritas menjadi broker yang paling banyak menjual saham BUKA. Ada 162,96 juta saham senilai Rp 130,35 miliar yang dijual.
Sedang JP Morgan Sekuritas menjadi broker yang paling banyak membeli saham BUKA, sebanyak 106,73 juta saham senilai Rp 90,4 miliar.
Teguh Hidayat, Direktur Avere Investama menilai, penurunan bertubi-tubi saham BUKA tak lepas dari fenomena bertambahnya jumlah investor ritel. Namun, literasi pasar modal investor kategori ini belum optimal.
"Sehingga, banyak korban FOMO. Ketika sedang hype, mereka ikut masuk, begitu pula sebaliknya. Setelah harganya turun, ada pihak yang memborong saham hingga memancing rasa penasaran investor ritel. Akhirnya, ritel kembali masuk," terang Teguh.
Sedang analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai, kembali menguatnya saham BUKA lantaran saham ini sempat menyentuh level di bawah harga IPO. "Investor asing melihat ini murah, sehingga mereka melakukan net buy," tandasnya.
Niko Margonis, analis Danareksa Sekuritas dalam risetnya mengatakan, BUKA dimiliki oleh PT Elang Mahkota Tbk (EMTK) yang juga memiliki kemitraan strategis bersama Grab. Perusahaan juga tengah mengeksplorasi kolaborasi digital.
"Kolaborasi ini akan menghasilkan sinergi yang kuat. Mitra Bukalapak bisa merger dengan GrabKios, dan pada saat yang bersamaan memperbesar logistik melalui Grup Salim," terang Niko.
Dengan asumsi BUKA konservatif dalam belanja promosi saja, pangsa pasar BUKA bisa bertahan hingga 2025. EBITDA BUKA juga bisa positif pada 2024.
Dia menghitung, valuasi BUKA saat ini mencerminkan 0,75 kali EV/GMV 2022. Berdasarkan valuasi ini dan prospek BUKA ke depan, Niko merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.400 per saham.
Selanjutnya: IHSG melorot 2,06% ke 5.992 pada akhir perdagangan Kamis (19/8), asing catat net buy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News