Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 menjadi periode yang berat bagi beberapa perusahaan grup Astra. Tiga perusahaan di bawah naungan Grup Astra mencatatkan penurunan bottom line tahun lalu.
Penurunan bottom line paling dalam dialami oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Sepanjang tahun 2019, ACST merugi hingga Rp 1,14 triliun. Padahal pada tahun 2018, ACST mengantongi laba hingga Rp 18,29 miliar.
Koreksi dari sisi bottom line juga dirasakan oleh perusahaan Astra yang bergerak di bidang printing and digital services, PT Astra Graphia Tbk. Perusahaan dengan kode emiten ASGR itu mencatatkan penurunan laba sebesar 7,18% year on year (YoY) menjadi Rp 250,99 miliar dari sebelumnya Rp 270,4 miliar.
Baca Juga: Toyota komitmen kembangkan kendaraan listrik di Indonesia
Pendapatan ASGR justru menguat17,24% menjadi Rp 4,77 triliun. Nasib serupa dialami ACST, menilik lagi laporan keuangan ACST, justru mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 5,96% YoY menjadi Rp 3,95 triliun.
Kinerja berat juga dialami oleh perusahaan sawit, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), yang menurun baik dari sisi top line maupun bottom line. AALI mengalami penurunan pendapatan hingga 8,55% sepanjang tahun 2019 menjadi Rp 17,45 triliun. Sementara itu, laba bersihnya terkoreksi lebih dalam lagi hingga 85,32% menjadi Rp 211,12 miliar.
Tidak semua saham grup Astra mengalami kinerja yang kurang memuaskan. PT Astra Otoparts Tbk misalnya, yang mengalami pertumbuhan laba bersih hingga 21,06% YoY menjadi Rp 739,67 miliar.
Baca Juga: Astra (ASII) Berharap Penjualan Bank Permata (BNLI) Rampung Semester II
Di sisi lain, pendapatannya terkerek meskipun tipis 0,58% menkadi Rp 15,44 triliun. Selain AUTO, ada pula saham PT United Tractors Tbk dan PT Bank Permata Tbk yang mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi bottom line yakni 1,71% dan 66,48%.
Melihat kinerja keuangan emiten Grup Astra, Analis Jasa Utama Sekuritas Chris Apriliony menilai beberapa saham perusahaan menarik tahun ini, seperti AUTO, AALI, dan UNTR.
Baca Juga: Begini dampak virus corona ke produksi otomotif Grup Astra
Kinerja AUTO yang meningkat tahun lalu dengan rendahnya utang membuat PE rasio AUTO hanya di area 7 kalinya. Hal ini disebabkan harga saham yang terkoreksi dari sekitar Rp 2.900 hingga Rp 1.000. Akan tetapi, melihat kinerja perusahaan dengan net profit margin yang cenderung stabil naik, menandakan operasional AUTO yang lebih hemat.
Sementara itu, tergerusnya kinerja AALI sepanjang tahun 2020 dipicu oleh harga Crude Palm Oil (CPO) yang menurun. Akan tetapi, Chris melihat tren harga CPO mulai ada peningkatan. Sehingga di tahun 2020 ini AALI berpotensi mencetak kinerja yang lebih baik dari 2019 .
Baca Juga: Astra Otoparts (AUTO) Memacu Segmen Roda Empat dan Roda Dua
Untuk UNTR, Chris melihat pendapatannya masih stabil bertumbuh ditopang lini bisnis di sektor pertambangan emas. "Sehingga dividen dari UNTR masih tergolong besar, dan harga sahamnya sudah cukup murah sekarang ini," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (6/3).
Chris menyarankan, buy UNTR dengan target harga Rp 24.000, Buy AUTO dengan target harga Rp 1.400, Buy on weakness AALI di area Rp 9.500 dengan target harga Rp 11. 000.
Untuk ACST, Chris melihat sebaiknya dihindari terlebih dahulu karena secara kinerja perusahaan merugi cukup parah dan rasio hutang ACST sangat besar. "Sehingga risiko untuk ACST gagal bayar cukup tinggi," imbuhnya.
Baca Juga: Tambang emas Martabe jadi penyokong pendapatan United Tractors (UNTR) di 2019
Berdasar data yang dihimpun Kontan.co.id, ACST mencatatkan rugi bersih sepanjang tahun 2019 karena adanya keterlambatan proyek sehingga terjadi peningkatan biaya pendanaan, overhead dan biaya lain yang dialokasikan untuk percepatan penyelesaian proyek tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News