kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.444   90,00   0,55%
  • IDX 6.969   -139,15   -1,96%
  • KOMPAS100 1.011   -24,78   -2,39%
  • LQ45 775   -17,94   -2,26%
  • ISSI 227   -4,16   -1,80%
  • IDX30 402   -10,37   -2,52%
  • IDXHIDIV20 472   -11,39   -2,36%
  • IDX80 114   -2,57   -2,21%
  • IDXV30 116   -2,17   -1,83%
  • IDXQ30 130   -2,94   -2,22%

Belajar Dari GOTO dan BUKA, Analis Ingatkan Tak Semua IPO Besar Cetak Cuan


Kamis, 19 Juni 2025 / 21:28 WIB
Belajar Dari GOTO dan BUKA, Analis Ingatkan Tak Semua IPO Besar Cetak Cuan
ILUSTRASI. Mahasiswa mengunjungi galeri Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Pasar saham Indonesia akan kembali kedatangan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) dengan nilai emisi efek besar. Ini seperti angin segar ditengah lesunya hajatan IPO di tahun ini. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Indonesia akan kembali kedatangan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) dengan nilai emisi efek besar. Ini seperti angin segar ditengah lesunya hajatan IPO di tahun ini. 

Terbaru, anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), yaitu PT Chandra Daya Investasi resmi merilis jadwal penawaran umumnya. Calon emiten yang akan menggunakan kode CDIA ini berpotensi meraup dana segar Rp 2,73 triliun. 

Baca Juga: Mau IPO Juli 2025, Analis Sebut Kinerja Chandra Daya Investasi (CDIA) Solid

Berdasarkan catatan Kontan per 19 Juni 2025, hanya ada 14 emiten anyar yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan total dana yang berhasil terhimpun sebesar Rp 7,37 triliun. 

Dari 14 emiten itu tak semuanya IPO memiliki nilai emisi efek jumbo. Hanya ada dua emiten yang nilai dana hasil penawaran perdana saham yang menembus triliunan, edangkan sisanya miliaran.  

Mereka ialah PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) dengan dana IPO yang berhasil terhimpun sebesar Rp 2,3 triliun. Emiten milik taipan Sugianto Kusuma ini mematok harga IPO di Rp 4.060 per saham. 

Kemudian ada PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), yang berhasil meraup dana segar sebesar Rp 2,04 triliun. Kala itu, YUPI menawarkan 854,44 juta saham dengan harga perdana sebesar Rp 2.390 per saham. 

Sayangnya, tak semua saham yang nilai emisi yang akan menguntungkan investor. Misalnya, YUPI yang harganya sudah anjlok 23,43% dari harga IPO menjadi Rp 1.830 per saham. 

Contoh lain, harga saham dari hajatan emiten dengan nilai IPO terbesar di Asia pada 2022, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga masih tertekan. Pada akhir perdagangan Kamis (29/6), GOTO parkir di level Rp 61 per saham. 

Baca Juga: Begini Kelanjutan Proses IPO Anak Usaha Summarecon Agung (SMRA)

Padahal, emiten teknologi itu mematok harga IPO sebesar Rp 338 per saham. Dengan menawarkan saham 46,7 miliar, GOTO berhasil meraup dana segar sebanyak Rp 15,8 triliun. Bahkan untuk menembus level Rp 100 nampaknya merupakan langkah berat bagi GOTO.

Nasib serupa juga terjadi oleh perusahaan teknologi lainnya, yaitu PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang menggelar IPO pada 2021. 

BUKA merupakan perusahaan teknologi rintisan pertama yang melantai di BEI. Bahkan, BUKA menjadi emiten dengan raihan IPO terbesar sepanjang sejarah bursa Tanah Air dengan meraup dana Rp 21,90 triliun.

Waktu itu, BUKA memasang harga IPO sebesar Rp 850 per saham, yang merupakan batas atas dari harga bookbuilding. Namun hingga akhir perdagangan Kamis (19/6), saham BUKA bertengger di Rp 137. 

Segendang sepenarian. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) juga mengalami hal yang sama. MTEL menggelar IPO pada 2021 dengan mengantongi dana segar Rp 18,33 triliun. 

Pada saat penawaran umum saham perdana, anak usaha PT Telkom indonesia Tbk (TLKM) ini mematok harga IPO sebesar Rp 800. Namun harga MTEL sudah turun 31,87% dari harga IPO ke Rp 545 hingga penutupan Kamis (19/6). 

Catatan analis

Agar terhindar dari nasib buruk investor perlu cermat dalam memilih saham IPO, bukan hanya sekadar memilih saham berdasarkan besaran nilai emisi yang dibidik oleh calon perusahaan tercatat. 

Pengamat Pasar Modal Irwan Ariston mengatakan sebesarnya, saham IPO tidak bisa diprediksi kapan akan menjadi saham multi bagger atau tidak karena biasanya saham IPO dijual dengan valuasi yang tinggi. 

Berdasarkan pengalamannya, kalau penjatahan IPO yang didapat sedikit maka ada kemungkinan saham itu diangkat oleh market maker. Apabila penjatahannya banyak, maka bisa menjadi indikasi awal harga sahamnya tidak akan naik banyak, bahkan turun. 

“Untuk calon investor bila ingin membeli saham saat ipo hal yang perlu diperhatikan adalah faktor fundamentalnya yaitu prospek sektornya dan susunan direksi dan komisaris,” jelas Irwan kepada Kontan, Kamis (19/6). 

Baca Juga: IPO Tetap Jadi Opsi Bagi Inalum Meski Bakal Dapat Dukungan Pendanaan dari Danantara

Namun Irwan mengingatkan, bahwa harga IPO yang dipasarkan sudah tidak lagi murah. Menurutnya saat ini lebih banyak saham di pasar sekunder yang memiliki valuasi lebih rendah dibanding saham yang akan IPO. 

“Sehingga bagi investor sejati cenderung akan membeli saham di pasar sekunder untuk kondisi saat ini dibanding dengan saham yang akan IPO,” ucapnya. 

Pengamat Pasar Modal Kartika Sutandi mengigatkan investor yang ingin membeli saham IPO harus betul-betul mengenal dan melihat pemilik perusahaan. Bukan hanya sebatas fundamental ataupun penjamin emisi efek. 

Dia mencontohkan beberapa saham milik Prajogo Pangestu yang berhasil menguat sejak IPO. Misalkan, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang sudah melesat 685,25% dari harga IPO di Rp 780 menjadi Rp 6.125. 

Kemudian ada PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang sahamnya meroket 5.195,45% dari pencatatan perdana di BEI pada 8 Maret 2023 di harga Rp 220 per saham, menjadi Rp 11.650 hingga akhir perdagangan Kamis (19/6). 

“Semua tergantung pemilik perusahaan, kalau pemiliknya bonafit dan memperhatikan sahamnya maka akan naik. Tetapi kalau pemilikan tidak peduli dan hanya mencari uang lalu kabur, itu akan merugikan investor,” tutupnya. 

Selanjutnya: Jasindo Catat Pendapatan Premi Asuransi Aviation Rp 102,45 Miliar per Mei 2025

Menarik Dibaca: 5 Tanaman yang Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental Anda, Ada Lidah Buaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×