Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak perusahaan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), PT Chandra Daya Investasi bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai 8 Juli 2025 mendatang. Secara historis, salah satu usaha milik Prajogo Pangestu ini mencatatkan kinerja keuangan yang solid.
Pada tahun buku 2024, emiten yang bakal memakai kode CDIA ini berhasil mencatatkan pertumbuhan yang sangat solid, dengan laba bersih terbang hingga 1.633% secara tahunan (yoy) ke level US$ 32,7 juta dan pendapatan yang naik 35% ke level US$ 102,3 juta.
Tak heran, capaian ini memang seiring dengan pertumbuhan di seluruh segmen bisnis, termasuk sumbangan tambahan dari jasa sewa kapal yang sebelumnya tak ada.
Sukarno Alatas, Analis Kiwoom Sekuritas menyebut pada dasarnya prospek bisnis jangka panjang CDIA didukung oleh berbagai sentimen positif.
Di antaranya, terkait pertumbuhan permintaan industri. Permintaan listrik nasional diperkirakan akan terus meningkat dengan dorongan dari urbanisasi, pertumbuhan populasi, dan ekspansi manufaktur.
Baca Juga: Mulai Penawaran Awal, Chandra Daya Investasi (CDIA) Bidik Dana IPO Rp 2,37 Triliun
Dari sektor maritim, ketergantungan Indonesia yang semakin besar pada impor energi mendorong permintaan terhadap kapal pengangkut cairan seperti minyak, gas, dan bahan kimia.
Secara bersamaan, kapasitas pelabuhan dan penyimpanan berpotensi semakin berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan konsumsi domestik.
Sektor air juga menunjukkan potensi yang kuat seiring meningkatnya kebutuhan infrastruktur akibat urbanisasi, pengembangan industri, dan target pembangunan sosial pemerintah.
“Seluruh sentimen ini menempatkan seluruh lini bisnis CDIA pada jalur pertumbuhan yang menjanjikan ke depan,” sebut Sukarno dalam risetnya, Kamis (19/6).
Baca Juga: Bakal IPO, Chandra Daya Investasi (CDI) Berupaya Meraih Valuasi US$ 1 Miliar
Dari sisi valuasi, harga saham IPO di level Rp 170–Rp 190 per saham cenderung murah dibandingkan industri dengan rasio harga dibandingkan laba bersih per saham di level 43x–48x, sementara rata-rata industri di level 99x.
Pun, rasio harga saham dibandingkan nilai buku berada di level 1,5x–1,6x sementara rata-rata industri di level 14,5x dan rasio harga saham dibandingkan pendapatan di level 13x–14x sementara rata-rata industri di level 18x.
Kendati begitu, penawaran harga murah dengan fundamental yang solid ini tetap dibayangi sejumlah risiko.
Sukarno menyebut risiko penurunan kinerja bakal datang di antaranya dari perubahan regulasi, volatilitas harga komoditas, penurunan permintaan industri, hingga tantangan lingkungan. “Semuanya dapat berdampak terhadap bisnis perusahaan yang terkait infrastruktur di sektor energi, air, pelabuhan, penyimpanan, dan logistik,” pungkasnya.
Baca Juga: Gelar IPO, Chandra Daya Investasi (CDIA) Tawarkan 12,48 Miliar Saham
Selanjutnya: Realisasi DHE SDA Dampaknya ke Rupiah dan Cadangan Devisa Masih Terbatas
Menarik Dibaca: KAI Beri Diskon 20% untuk Tiket Kereta Eksekutif dan Bisnis di Jakarta Fair 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News