Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina |
JAKARTA. Permasalahan transaksi batubara PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) menuju titik terang. Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen menuturkan, BEI meminta GTBO mengaudit laporan keuangan per September 2012.
Tujuan audit itu guna mengetahui dampak perubahan kontrak jual-beli batubara yang dilakukan GTBO. "Kami minta mereka mengauditnya agar perubahan kontrak bisa tersaji di laporan keuangannya," kata Hoesen, kepada KONTAN, Jumat (23/11).
Kontrak yang dimaksud adalah jual-beli 10 juta ton batubara yang dilakukan GTBO dengan pembeli asal Uni Emirat Arab (UEA). Kontrak itu memiliki klausul yang tidak umum. Misal, pembeli punya opsi menggunakan jasa kontraktor sendiri untuk menambang batubara di area konsesi Garda Tujuh yang ada di Pulau Bunyu, Kalimantan Timur.
GTBO, lanjut Hoesen, kini sudah melaporan rencana perubahan kontrak setelah mendapat restu Direktorat Jenderal Mineral & Batubara, Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada otoritas bursa. Namun, detail dampak perubahan kontrak terhadap laporan keuangan GTBO belum bisa tergambar.
Sayang, Komisaris GTBO Pardeep Dhir masih enggan membeberkan perubahan kontrak tersebut saat ditemui KONTAN di Gedung BEI beberapa waktu lalu. "Nanti, saya akan hubungi Anda," elak dia. Permintaan konfirmasi KONTAN beberapa waktu kemudian malah sama sekali tak direspon Pardeep.
Perubahan kontrak itu terungkap dari laporan keuangan GTBO per 30 September 2012. Mereka mengubahnya atas saran dari konsultan hukumnya, Christian Teo & Partners dan Ditjen Minerba Kementerian ESDM.
Dampak konkretnya adalah pos pendapatan dan laba bersih GTBO di 30 Juni 2012 dan 30 September 2012 akan tergerus hingga Rp 711,15 miliar. Selanjutnya duit itu akan dicatat di kolom kewajiban lancar (current liabilities).
Seperti diketahui, dalam laporan keuangan per 30 September 2012, sebelum terjadi perubahan kontrak, GTBO membukukan kenaikan pendapatan 3.075% (yoy) menjadi Rp 1,15 triliun. Akibatnya, pos laba bersihnya pun ikut melonjak mencapai 1.281% menjadi Rp 1,2 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News