Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melandai pada separuh pertama tahun ini. Laba bersih AKRA masih bertengger di level Rp 1 triliun, namun menyusut 2,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sebagai perbandingan, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk AKRA pada semester I-2023 senilai Rp 1,03 triliun. Penurunan bottom line ini sejalan dengan top line AKRA yang tertekan.
AKRA mengantongi total pendapatan senilai Rp 18,65 triliun pada semester I-2024. Terdiri dari kontrak dengan pelanggan senilai Rp 18,51 triliun dan pendapatan sewa sebesar Rp 136,43 miliar.
Baca Juga: Raih Laba Rp 1 Triliun, AKR Corporindo (AKRA) Tebar Dividen Interim Rp 987 Miliar
Jika dibandingkan dengan raihan pada semester I-2023 yang kala itu mencapai Rp 19,85 triliun, total pendapatan AKRA merosot 6,04%. Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan dan pendapatan AKRA turun 5,43% menjadi Rp 17,06 triliun.
Hasil itu membawa AKRA membukukan laba bruto sebanyak Rp 1,58 triliun atau menurun 12,22% secara tahunan. Pada semester I-2024, AKRA mencatatkan laba usaha senilai Rp 1,14 triliun atau menyusut 15,55%.
Kontribusi terbesar bagi pendapatan AKRA pada semester I-2024 masih disumbang oleh segmen perdagangan dan distribusi sebanyak 92%, yang terdiri dari Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan kimia dasar.
Penyumbang pendapatan berikutnya berasal dari segmen jasa logistik yang berkontribusi 3%, pabrikan (2%) dan kawasan industri (4%). Adapun, segmen kawasan industri terdiri dari penjualan lahan, penyewaan lahan dan utilitas.
Baca Juga: Laba AKRA Stabil di Rp 1 Triliun Saat Pendapatan Turun 6% pada Semester I-2024
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo menjelaskan, penurunan pendapatan didorong oleh beberapa faktor perlambatan ekonomi, seperti normalisasi harga jual rata-rata dan kondisi cuaca yang mempengaruhi operasional konsumen. Normalisasi harga juga terjadi pada segmen bahan kimia secara umum.
AKRA memiliki ekspektasi kondisi ini akan membaik pada semester II-2024. AKRA menerapkan model bisnis formula-based price dengan MOPS sebagai acuan, dimana AKRA melakukan passthrough harga produk ke konsumen sehingga dapat mengelola risiko harga dan biaya.
Haryanto secara khusus menyoroti segmen kawasan industri yang menghasilkan pendapatan dari penjualan lahan sebesar Rp 509 miliar atau naik 5,6% secara tahunan (Year on Year/YoY). Pendapatan dari utilitas turut meningkat menjadi Rp 75 Miliar atau sebesar 92% (YoY).