Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari awal tahun 2020 hingga saat ini, sudah ada 24 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teranyar, BEI kedatangan tiga emiten baru meliputi PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY), PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF), dan PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI).
Baca Juga: Pembatasan sosial skala besar di DKI disetujui, IHSG menguat
Dari total 24 saham baru ini, ada sejumlah saham yang masih mencatat kinerja yang positif. Bahkan, beberapa di antaranya mengalami kenaikan harga saham lebih dari 100% sejak IPO.
Di urutan teratas ada saham PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) yang melonjak hingga 273,33% ke level Rp 392 per saham, selanjutnya saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) yang meloncat 262,75% dari harga awal Rp 102 menjadi Rp 370 per saham, dan PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) yang mengalami kenaikan harga saham hingga 203,33% ke posisi Rp 364 per saham.
PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menyusul memberikan return positif hingga 157,60% dari harga awal Rp 125 menjadi Rp 322 per saham dan PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk (BESS) pun masih mencatat penguatan harga saham hingga 130,47% ke posisi Rp 242 per saham.
Analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas menilai, kondisi fundamental perusahaan menjadi salah satu pengaruh sejumlah saham yang mengalami kenaikan harga saham.
Di lain sisi, market maker juga mempunyai kendali atas pergerakan saham-saham ini. “Ketika market maker masih menjaga pergerakan, tekanan jual tidak begitu banyak karena mungkin sedikit percaya akan prospek,” katanya pada Kontan, Kamis (9/4).
Baca Juga: Naik hingga 35%, saham Cahaya Bintang Medan (CBMF) kena auto reject pasca listing
Meski mengalami kenaikan harga saham, ia mengatakan, dari segi prospek emiten-emiten ini juga masih menghadapi tantangan di tengah pandemi Covid-19.
Bagi pelaku pasar yang menyukai saham-saham baru IPO, Sukarno menyarankan untuk tetap berhati-hati serta memilih saham-saham yang masih mampu bertumbuh, dan tetap memperhatikan tingkat likuiditas hariannya.
Baca Juga: Perdana melantai di BEI, saham Aesler Grup (RONY) melesat 35%
Yang tak kalah penting, investor perlu menjauhi saham-saham dengan tingkat fluktuatif yang tinggi.
Sukarno merekomendasikan investor hanya sebatas mengoleksi saham-saham anyar untuk trading jangka pendek pada saat ini. Pasalnya, pelaku pasar harus lebih dulu menunggu hasil kinerja ke depannya.
“Karena dianggap spekulasi jika kita tidak memahami keadaan emitennya,” imbuhnya.
Baca Juga: Cahaya Bintang Medan (CBMF) peroleh Rp 60 miliar dari IPO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News