kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.275   35,00   0,22%
  • IDX 7.199   10,61   0,15%
  • KOMPAS100 1.051   2,03   0,19%
  • LQ45 818   1,46   0,18%
  • ISSI 226   0,79   0,35%
  • IDX30 428   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 508   3,38   0,67%
  • IDX80 118   0,22   0,19%
  • IDXV30 121   1,20   1,00%
  • IDXQ30 140   0,04   0,03%

Batubara Mulai Ditinggalkan, Distribusi Tak Lagi Bisa Optimal


Selasa, 27 Mei 2025 / 20:46 WIB
Batubara Mulai Ditinggalkan, Distribusi Tak Lagi Bisa Optimal
ILUSTRASI. Produk Hilirisasi Batubara dalam bentuk Grafit Sintetis


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas batubara meninggalkan masa kejayaannya dengan harga yang cenderung turun dalam tiga tahun terakhir. Pasalnya, ketersediaan stok yang melimpah berpotensi tak bisa disalurkan dengan optimal akibat penurunan permintaan.

Menurut Trading Economics, harga batubara berjangka Newcastle menyentuh rekor tertingginya sepanjang masa pada 2022 lalu, yakni di level US$ 435 per ton. Namun sepeninggal tahun itu, harganya cenderung turun dan kini terperosok ke level US$ 100,40 per ton pada Selasa (27/5).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menilai, tak bakal ada pemulihan signifikan untuk harga batubara berjangka. Tren global saat ini mengarah pada pengurangan penggunaan batubara, tetapi negara-negara penambang tetap saja meningkatkan produksinya.

“Di masa depan, distribusi batu bara secara "optimal" seperti yang kita pahami saat ini tidak akan terjadi,” kata Sutopo kepada Kontan, Selasa (27/5). 

Baca Juga: Ada Rencana Pemberian Insentif Hilirisasi, Emiten Batubara Berpotensi Diuntungkan

Sutopo menilai, negara-negara produsen utama seperti China, Indonesia dan India terus meningkatkan produksinya karena berbagai alasan kuat.

Di antaranya soal keamanan dan kemandirian energi, yakni untuk mengurangi ketergantungan impor; motivasi ekonomi dan fiskal, dengan ekspektasi menjaga pendapatan dan mencegah penutupan tambang; serta pertimbangan investasi infrastruktur.

Namun, produksi yang besar tak sejalan dengan permintaan. Sutopo bilang stok China dan India bakal lebih banyak digunakan oleh domestik dan ekspor terbatas ke negara-negara Asia Tenggara yang masih membangun pembangkit listrik tenaga batubara.

Baca Juga: Hadapi Tren Pelemahan Permintaan Batubara, Simak Rekomendasi Saham Bukit Asam (PTBA)

Kebutuhan baja global bisa saja menjadi katalis positif, tetapi Sutopo juga memperingati bahwa mayoritas negara maju akan mengurangi penggunaan batubara secara drastis. “Menjadikan kelebihan stok batubara sebagai beban, bukan aset,” pungkasnya.

Untuk jangka pendek, harga batubara berjangka diprediksi relatif sideways di levelnya saat ini. Potensi penguatan bisa datang dari dinamika permintaan-penawaran yang seimbang dan faktor musiman. Namun, tetap dibatasi oleh tren dekarbonisasi jangka panjang dan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan. 

“Volatilitas akan tetap menjadi ciri khas, tetapi pasar tak melihat penguatan berkelanjutan yang besar,” pungkasnya. 

Baca Juga: Harga Batubara Bangkit Lagi, Dipicu Cuaca Buruk yang Menghambat Produksi

Selanjutnya: Rencana Impor Migas dari AS, Ini Strategi Pertamina International Shipping (PIS)

Menarik Dibaca: Tren Ubin Terakota Gaya Barat Daya ala Joanna Gaines yang Cocok untuk Ruang Kecil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×