Reporter: Yuliana Hema | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) lesu di kuartal III 2024. Sejak Juli sampai Jumat (6/9), baru ada 7 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bahkan pada selama Agustus 2024, BEI hanya kedatangan dua emiten anyar. Yakni PT Esta Indonesia Tbk (ESTA) yang listing pada 8 Agustus 2024 dan PT Global Sukses Digital Tbk (DOSS) pada 7 Agustus 2024.
Bukan hanya di kuartal III, sejak awal tahun tren IPO di pasar modal Indonesia memang berkurang signifikan dibandingkan tahun lalu. Secara year to date (ytd) jumlah emiten baru hanya mencapai 34 perusahaan atau turun 62% dari capaian 2023 sebesar 79 emiten.
Penghimpunan dana dari hajatan IPO juga turun tajam. Per Jumat (6/9), total dana yang terhimpun mencapai Rp 5,2 triliun sepanjang 2024. Padahal sepanjang tahun 2023 total dana IPO yang dihimpun menembus Rp 54,1 triliun.
Baca Juga: Kasus Suap Proses IPO BEI, OJK Bakal Hukum Semua Pihak yang Terlibat
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan penurunan IPO ini sejalan dengan tren secara global.
Berdasarkan data EY Global Report, IPO global juga mengalami penurunan 16%. Penurunan IPO ini disebabkan oleh kondisi ekonomi, pelemahan pertumbuhan, tingkat inflasi yang tinggi, era suku bunga tinggi, tensi geopolitik dan perubahan iklim.
"Yang perlu digarisbawahi adanya pemilihan umum (pemilu). Ternyata 50% negara-negara di dunia mengadakan pemilu. Negara-negara itu memberikan kontribusi 60% GDP dunia," jelasnya, Jumat (6/9).
Di Indonesia, lanjut Nyoman, penurunan tren IPO tidak berhubungan dengan adanya pengetatan proses oleh otoritas bursa. Soalnya, BEI masih merancang penyesuaian yang akan dilakukan.
"Apakah karena kemarin ada yang menyalahi kode etik? Secara global terjadi penurunan yang relatif terasa, terutama di Asia Pasifik," kata dia.
Baca Juga: BEI Bakal Bentuk Fungsi Sponsor Khusus Emiten IPO
Meski begitu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman memproyeksikan aksi IPO akan kembali semarak di kuartal IV-2024 karena banyak calon emiten yang lebih memilih menggunakan buku Juni.
Dia bercerita biasanya butuh waktu sekitar tiga bulan bagi emiten untuk melakukan audit kinerja keuangan. Artinya, kalau calon emiten menggunakan buku Juni, maka hasilnya akan keluar di September.
"Banyak yang menggunakan buku Desember dan Juni. Jadi itu kenapa asalan IPO tidak akan sebanyak di kuartal empat dan semester satu," ucap Iman.
Selanjutnya: Return Reksadana Saham Tertinggi, Disokong Arus Dana Asing ke Pasar Saham
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (8/9) Hujan Deras, Jawa Barat Waspada Bencana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News