Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) berencana meluncurkan Bursa Crude Palm Oil (CPO) pada Oktober. Bursa komoditas CPO yang digagas pemerintah ini diprediksi akan melebarkan lagi transaksi perdagangan komoditas CPO di Indonesia. Apalagi saat ini, Indonesia merupakan produsen nomor wahid dunia.
Bursa CPO akan memfasilitasi transaksi ekspor CPO. Bappebti bakal menunjuk satu dari dua bursa berjangka yang ada yakni Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) alias Jakarta Futures Exchange (JFX) atau Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) atawa Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX).
Sekretaris Perusahaan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) Joni Tjeng menuturkan, waktu pembentukan Bursa CPO diperkirakan tidak terlalu mempengaruhi harga dan penjualan CPO karena harga dan penjualan CPO masih akan mengikuti skema yang telah terbentuk sekarang ini.
“Kami tidak terpengaruh secara langsung pada bursa CPO tersebut mengingat fokus penjualan TAPG masih pada pasar domestik,” kata Joni kepada Kontan.co.id, Sabtu (30/9).
Baca Juga: Harga Referensi CPO dan Biji Kakao untuk 1-15 Oktober Naik Jadi US$ 827,34 Per MT
Di sisi lain, adanya hambatan ekspor ke negara-negara Uni Eropa diperkirakan hanya akan sedikit mengganggu pasar ekspor Indonesia. Negara konsumen utama CPO seperti India dan China masih dapat menyerap CPO dengan sangat baik seiring perayaan Hari Raya Diwali di India serta China yang akan memasuki musim dingin.
Adanya potensi pasar baru CPO di Afrika juga masih akan dieksplor oleh eksportir Indonesia sebagai ganti ekspor ke Uni Eropa.
“Pada saat ini, kami masih berfokus pada pasar domestik sehingga kebijakan yang mempengaruhi ekspor tidak akan secara langsung mempengaruhi Triputra Agro,” kata Joni.
Baca Juga: Produksi CPO Malaysia 2024 Bakal Meningkat Meskipun Ada El Nino
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, efek Bursa CPO masih minimal terhadap harga dan penjualan. Karena saat ini sudah ada bursa CPO di Malaysia yang menjadi salah satu referensi Bursa CPO untuk mematok harga.
“Prospeknya masih akan tergantung pada harga CPO dan permintaan dari global dan domestik,” kata Fajar kepada Kontan.co.id, Jumat (29/9).
Tim riset Kiwoom Sekuritas mencermati, ketidakpastian peluncuran Bursa CPO ini membuat pelaku pasar kecewa. Terutama investor yang sudah menantikan kehadiran Bursa CPO ini untuk meningkatkan likuiditas dan transparansi pasar.
Baca Juga: Ada Rencana Denda Pelanggar Pemanfaatan Lahan Sawit, Ini Kata Gapki
Sedangkan dampak pada harga dan penjualan CPO yaitu mungkin memunculkan ketidakpastian di pasar, yang bisa mempengaruhi harga CPO. Penundaan juga bisa menahan potensi peningkatan penjualan, terutama jika bursa tersebut dianggap sebagai platform yang akan meningkatkan ekspor.
“Permintaan global untuk produk CPO tetap tinggi karena digunakan dalam berbagai industri,” kata Tim Riset Kiwoom Sekuritas kepada Kontan.co.id, Jumat (29/9).
Kiwoom Sekuritas merekomendasikan untuk trading buy jangka pendek pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di kisaran support Rp 7.400-Rp 7.425 dan resistance Rp 7.850-Rp 8.000. Kemudian saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) di kisaran support Rp 985-Rp 995 dan resistance Rp 1.055-Rp 1.065.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News