kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.870   69,00   0,43%
  • IDX 7.156   -5,49   -0,08%
  • KOMPAS100 1.095   0,54   0,05%
  • LQ45 869   -2,29   -0,26%
  • ISSI 217   0,80   0,37%
  • IDX30 445   -1,77   -0,40%
  • IDXHIDIV20 536   -3,79   -0,70%
  • IDX80 126   0,11   0,09%
  • IDXV30 134   -1,20   -0,88%
  • IDXQ30 148   -1,05   -0,71%

Rasio Volume Ekspor CPO Dipangkas, Rata-Rata Saham Emiten Sawit Berada di Zona Merah


Jumat, 28 April 2023 / 05:40 WIB
Rasio Volume Ekspor CPO Dipangkas, Rata-Rata Saham Emiten Sawit Berada di Zona Merah
ILUSTRASI. Sejumlah saham emiten perkebunan sawit penghasil CPO berada di zona merah pada Kamis (27/4).


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham emiten perkebunan sawit penghasil CPO terlihat berada di zona merah setelah Kementerian Perdagangan mengumumkan penurunan rasio ekspor minyak sawit.  

Sebagai informasi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali mengeluarkan kebijakan pemangkasan rasio volume ekspor minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) yang berlaku 1 Mei 2023. Sebelumnya, pemerintah sudah memangkas rasio kuota hak ekspor CPO dari 1:8 menjadi 1:6 per 1 Januari 2023.

Pemerintah mengambil kebijakan tersebut dalam rangka menjaga kestabilan pasokan kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO), serta memastikan harga minyak goreng di pasar rakyat tetap stabil dan terjangkau. 

Baca Juga: Aturan DMO Minyak Goreng Kembali Berubah

Adapun mulai pekan depan, pemerintah menurunkan rasio volume ekspor minyak sawit menjadi 1:4 dari sebelumnya 1:6. Artinya, produsen hanya dapat melakukan ekspor sebanyak empat kali dari jumlah kebutuhan dalam negeri atau DMO.

Selain memangkas rasio volume ekspor CPO, pemerintah juga menurunkan kuota kewajiban pasokan dalam negeri untuk program pemenuhan minyak goreng dari sebelumnya 450.000 ton per bulan menjadi 300.000 ton per bulan.

Selain itu, pemerintah menaikkan insentif pengali bagi para pelaku usaha yang memasok minyak goreng kemasan rakyat dalam bentuk kemasan MinyaKita dari satu menjadi dua untuk kemasan bantal dan 2,25 untuk kemasan selain bantal yang sebelumnya 1,75.

Baca Juga: Kebijakan DMO Minyak Goreng Diubah, Berikut Rinciannya

Mengutip data RTI pada Kamis (27/4), harga saham emiten sawit seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan penurunan 0,33% ke level Rp 7.650 per saham, dan PT Smart Tbk (SMAR) turun 0,90% ke Rp 5.500 per saham.

Harga saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) juga tercatat turun 1,16% ke Rp 1.700 per saham, Kemudian PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) juga tercatat turun 0,29% ke Rp 1.010 per saham.

Harga saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) juga tercatat turun 4,48% ke Rp 640 per saham, dan PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) turun 0,84% ke Rp 590 per saham.

Baca Juga: Pemerintah Kembali Batasi Ekspor CPO, Saham Emiten Sawit Memerah

Harga saham PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) justru naik 0,94% ke Rp 535 per saham. Harga saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) juga tercatat naik 2,43% ke Rp 2.110 per saham.

Sepanjang tahun ini atau secara year to date (ytd), harga saham AALI terus bergerak di zona merah dengan turun 4,67%. Saham SMAR mencatat pertumbuhan hingga 11,11% dan saham SSMS tumbuh 15,65% dan STAA mencatat penurunan 3,35%.

Selanjutnya saham DSNG tumbuh 6,67%. PALM mencatat penurunan 7,09%, saham CSRA juga tercatat turun 6,14% dan SGRO tumbuh 0,48%. 

Adapun, penurunan saham emiten CPO berbeda arah dengan pasar saham. IHSG pada hari Kamis (27/4) ditutup menguat 0,51% atau 35,33 poin menjadi 6.945,47. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×