kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Banyak tekanan, simak rekomendasi analis untuk saham emiten rokok


Minggu, 21 Februari 2021 / 20:10 WIB
Banyak tekanan, simak rekomendasi analis untuk saham emiten rokok
ILUSTRASI. Petugas membereskan berbagai macam merek rokok yang dipajang pada etalase di sebuah mini market di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri Hasil Tembakau (IHT) menjadi salah satu industri yang terpukul oleh adanya Covid-19. Selain itu, kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 12,5% yang diterapkan mulai Februari 2021 turut memperberat kinerja emiten rokok.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan, secara fundamental emiten-emiten rokok terutama pemain besar tertekan cukup dalam akibat kenaikan cukai rokok. Dimana, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi emiten yang paling merasakan dampaknya lantaran kenaikan cukai tersebut lebih kepada sigaret kretek mesin (SKM).

“Sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) dengan sigaret kretek tangan (SKT)-nya yang tidak mengalami peningkatan, membuat perokok beralih ke WIIM sehingga terlihat dari sisi laba bersih yang meningkat,” terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).

Jika meniliki laporan keuangan hingga kuartal III-2020, WIIM membukukan pendapatan Rp 1,39 triliun atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1 triliun, adapun laba bersih Rp 108,69 miliar melesat dari periode yang sama tahun 2019 yang hanya Rp 15,40 miliar.

Chris melihat, prospek emiten rokok ke depannya masih kurang baik mengingat permintaan yang masih cenderung rendah. 

Baca Juga: Emiten rokok masih tertekan, saham apa saja yang menarik?

“Cost dari perusahaan rokok yang masih tinggi tentu berdampak kurang baik dari sisi sektor rokok itu sendiri,” tambah Chris.

Sedangkan, sentimen terkait system kerja di kantor yang dapat dimulai pada 2021 dan program vaksinasi menjadi katalis positif untuk sektor ini. Hal tersebut kemungkinan dapat kembali meningkatkan permintaan dan dapat meningkatkan penjualan.

Lantaran saham emiten rokok sudah terkoreksi cukup dalam, Chris bilang, seharusnya jika ada pelemahan sudah tidak terlalu dalam lagi. Berdasarkan data RTI, saham GGRM merosot 8,9% dalam sebulan terakhir, kemudian saham PT HMSP juga terkoreksi sebesar 7,43%.

Adapun PT Bentoel International Inv Tbk (RMBA) melemah 13,79% dalam sebulan terakhir dan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) minus 3,01%. Hanya saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang mengalami penguatan hingga 51,79% dalam sebulan terakhir.

“Untuk saham emiten rokok yang naik, juga harus disesuaikan lagi karena dari sisi WIIM ada batas jumlah rokok yang dijual. Sehingga peningkatan penjualannya di tahun 2020 bisa jadi stagnan ditahun 2021,” paparnya.

Dengan mempertimbangkan tantangan-tantangan yang ada, Chris menyarankan pelaku pasar untuk sebaiknya menghindari terlebih dahulu saham emiten rokok dan menunggu harganya kembali turun untuk mulai diakumulasi.

Menurutnya, sekarang ini valuasi dari saham-saham emiten rokok terbilang netral karena kemungkinan dari sisi kinerjanya juga mengalami penurunan. Saat ini price to earning ratio (PER) saham WIIM berada di 12,32 kali, PER HMSP di 17,29 kali, GGRM di 9,65 kali, dan ITIC di 33,57 kali.

Selanjutnya: Menghadapi kenaikan cukai, begini rekomendasi saham rokok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×