Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 days reverse repo rate (BI 7 DRRR) sebanyak 25 bps menjadi 5,50% pada Rabu lalu (15/8), saham emiten perbankan memerah.
Berdasarkan data RTI, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Kamis (16/8) saham BBCA melemah 0,32% di level Rp 23.375 per saham, BMRI melemah 0,55% di level Rp 6.700 per saham, BBNI melemah 4,07% di level Rp 7.075 per saham, BBRI melemah 4,98% di level Rp 3.050 per saham dan BBTN melemah 3,49% di level Rp 2.490 per saham.
Muhammad Wafi, analis Bahana Sekuritas mengatakan, secara umum memang kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif bagi saham perbankan. Itu karena kondisi tersebut akan membuat likuiditas di pasar akan berkurang.
“Bunga deposito dan bunga kredit akan naik. Ini menyebabkan spending kredit akan berkurang,” ujar Wafi saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Kamis (16/8).
Lebih lanjut menurutnya, langkah kebijakan BI ini memang tidak bisa ditahan lagi untuk menjaga aset atau yield dalam negeri menjadi lebih atraktif. Menaikkan suku bunga akan menahan laju capital outflow. Negara emerging market lainnya seperti Argentina dan Filipina sudah terblebih dahulu menaikkan suku bunga acuan.
Menurutnya, pekan depan diprediksi saham-saham perbankan masih akan memerah terutama bagi bank yang memiliki eksposure kredit valas yang cukup besar. Karena sentimen tersebesar saat ini dari pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
“Namun, bagi yang ingin tetap melanjutkan preferensi pada saham perbankan bisa dipindahkan ke saham bank yang eksposure kredit valas lebih kecil seperti BBCA dan BBRI. Bahana merkomendasikan BBCA dan BBRI untuk saham perbankan,” tutup Wafi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News