Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (BI 7 DRRR) sebanyak 25 basis point (bps) menjadi 5,50% pada Rabu (15/8). Total sepanjang tahun 2018 ini BI telah menaikkan suku bunga sebanyak 125 bps.
Kondisi ini langsung direspons oleh pasar dengan memerahnya saham-saham emiten perbankan pada penutupan perdagangan pekan lalu, Kamis (16/8). Berdasarkan data RTI, saham perbankan khususnya emiten berkapitalisasi besar (big caps) seperti BBCA, BBNI, BBRI, BMRI dan BBTN ditutup di zona merah.
Saham BBCA melemah 0,32% di level Rp 23.375 per saham, BMRI melemah 0,55% di level Rp 6.700 per saham, BBNI melemah 4,07% di level Rp 7.075 per saham, BBRI melemah 4,98% di level Rp 3.050 per saham dan BBTN melemah 3,49% di level Rp 2.490 per saham.
Yuliana, Analis Profindo Sekuritas Indonesia mengatakan, jika suku bunga acuan naik biasanya secara kinerja perbankan juga bisa ikut naik karena margin bunga perbankan bisa meningkat secara teori.
Namun kebijakan yang diambil kemarin, baik dari sisi deposit hingga lending facility juga sama ikut naik 25 bps yang yang memilki sisi positif dan negatif. Positifnya dapat meredam pelemahan tajam rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sisi negatif secara jangka panjang, pertumbuhan penyaluran kredit bisa terhambat.
“Selain itu kenaikan suku bunga ini akan membuat banking menyesuaikan bunganya. Karena kalau tidak, dikhawatirkan dari sisi margin bunga akan terpengaruh dan membuat pendapatan akan terimbas. Di sisi lain penyesuaian ini dapat membuat potensi kenaikan NPL meningkat,” ujar Yuliana kepada Kontan.co.id, Kamis (16/8).
Ditambah lagi saat ini pasar memang sangat volatile. Ketidakpastian baik dari sisi global soal perang dagang, krisis Turki serta sentimen dalam negeri terkait defisit neraca perdagangan Juli membuat investor ragu terutama terkait kekhawatiran kenaikan kredit bermasalah perbankan.
“Oleh karenanya pasar merespons yang membuat saham banking menurun,” ujar Yuliana.
Yuliana menambahkan, kondisi ini seharusnya hanya akan berdampak sesaat kepada saham perbankan. Bankir tengah menyiapkan jurus jitu untuk merespons kebijakan BI tersebut.
Dari sisi fundamental, perbankan cukup baik karena kualitas kredit dan penyaluran kredit yang tumbuh dua digit di semester I-2018. “Bisa dimanfaatkan dengan melakukan buy on weakness saham perbankan,” ujar Yuliana.
Yuliana merekomendasikan untuk trading jangka pendek BBRI dengan support Rp 3.000 dan target harga Rp 3.400. BMRI support Rp 6.300 dengan target harga Rp 7.425. BBCA support Rp 23.000 dengan target harga Rp 24.000. Dan, BRIS buy if break Rp 630.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News