Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Di tengah ketidakpastian pasar keuangan tahun depan, investor perlu mencermati sejumlah indikator yang mempengaruhi pergerakan harga efek. Saham dan obligasi dinilai masih menarik untuk dilirik tahun depan.
Budi Hikmat, Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management menilai, tahun depan prospek obligasi cenderung bergerak positif. Hal ini lantaran Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga.
Hal ini akan membuat imbal hasil obligasi kian menarik. "Obligasi akan menarik jika yield ada di atas acuan inflasi jangka panjang, saya pakai yang 10 tahun," ujarnya, Rabu (18/12). Adapun, rata-rata inflasi 10 tahun terakhir ada di posisi 7,1%.
Menurut Budi, yield surat utang negara (SUN) yang wajar ada di kisaran 8,2%. Instrumen investasi lain yang dinilai masih akan menarik adalah saham. Walaupun, banyak sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan indeks tahun depan, Budi menilai ada sejumlah saham yang masih menuai profit.
Adapun, saham-saham tersebut antara lain, saham di sektor infrastruktur. Misalnya, telekomunikasi. Investor juga bisa mencermati saham-saham yang terpengaruh terhadap pelemahan yen.
"Seperti saham-saham sektor mineral," jelas Budi. Namun, secara keseluruhan, ada sejumlah indikasi yang menunjukkan harga suatu saham menarik. Berdasarkan valuasi, saham yang menarik adalah saham yang dalam dua tahun terakhir turun di bawah return on equity (ROE) IHSG dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News