Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Posisi rupiah pagi ini (18/12) kembali melemah. Bahkan pelemahannya menyentuh level terlemah dalam lima tahun terakhir.
Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.35 WIB, rupiah melemah 0,4% menjadi 12.170 per dollar. Ini merupakan level terlemah sejak Desember 2008 lalu. Dengan demikian, sepanjang tahun ini, mata uang Garuda ini sudah terperosok hingga 21%. Hal ini menjadikan rupiah sebagai mata uang kedua dengan performa terburuk di antara 24 mata uang emerging market lainnya.
Di pasar non deliverable forwards (NDF), harga kontrak rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,2% menjadi 12.098. Dengan demikian, posisi rupiah di pasar offshore lebih perkasa 0,6% dibanding rupiah di pasar spot.
Pelemahan rupiah terjadi seiring adanya kecemasan mengenai rencana kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor hasil tambang terhitung Januari 2014. Pelaku pasar cemas, hal itu akan semakin memperburuk kondisi defisit neraca perdagangan Indonesia.
"Defisit neraca perdagangan masih menjadi isu besar bagi rupiah. Selain itu, mendekati akhir tahun, ada preferensi orang memilih dollar yang dianggap lebih aman," jelas Mika Martumpal, head of treasury research and strategy PT Bank CIMB Niaga di Jakarta kepada Bloomberg.
Sementara itu, data Inter Dealer Market Associaton menunjukkan, harga obligasi pemerintah mencatatkan kenaikan seiring langkah investor untuk mencari aset-aset yang lebih aman. Dampaknya, tingkat yield obligasi pemerintah dengan kupon 5,625% yang jatuh tempo Mei 2023 turun sebanyak tiga basis poin atau 0,03% menjadi 8,46%. Ini merupakan level terendah sejak 20 November lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News