kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

AUM Reksadana Pendapatan Tetap Berpeluang Tembus Rp 200 Triliun pada Akhir 2025


Kamis, 11 September 2025 / 14:31 WIB
AUM Reksadana Pendapatan Tetap Berpeluang Tembus Rp 200 Triliun pada Akhir 2025
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana pendapatan tetap. KONTAN/Muradi/2015/03/09. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NAB reksa dana senilai Rp 554,26 triliun per Agustus 2025.


Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana masih menunjukkan tren positif sepanjang tahun ini. Hingga Agustus 2025, dana kelolaan (asset under management/AUM) terus bertambah, terutama ditopang reksadana pendapatan tetap.

Jika dilihat dari awal tahun, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NAB reksa dana senilai Rp 554,26 triliun per Agustus 2025. Angka ini tumbuh signifikan dari Rp 500,90 triliun per Januari 2025.

Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai momentum pertumbuhan ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Pasalnya, penurunan suku bunga menjadi katalis penting bagi kinerja reksadana berbasis obligasi.

Baca Juga: Dana Kelolaan STAR AM Tembus Rp 25,6 Triliun hingga Juli 2025

“Kalau tren suku bunga turun, otomatis obligasi lebih menarik. Tahun ini Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga 4 kali, dan peluang pemangkasan sekali lagi masih terbuka,” terang Wawan kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).

Dengan tren tersebut, Ia menyebut AUM reksadana pendapatan tetap per Agustus sudah menyentuh Rp 185 triliun. Menurut Wawan, angka ini berpotensi menembus Rp 200 triliun pada akhir 2025.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Ia menyebut reksadana saham masih tertekan dengan AUM hanya sekitar Rp 69 triliun. Sementara itu, indeks dan ETF pun belum banyak bergerak.

“Padahal dulu reksadana saham sempat jadi primadona. Tapi kinerja lima tahun terakhir kurang baik, jadi investor lebih memilih produk yang aman dan stabil seperti pendapatan tetap dan pasar uang,” jelas Wawan.

Ia menambahkan, untuk jangka panjang saham tetap penting sebagai tulang punggung investasi. 

“Kalau pasar modal rebound, saham bisa kembali menarik minat investor,” imbuhnya. 

Baca Juga: Per Agustus 2025, Dana Kelolaan Reksadana Naik Rp 51 Triliun

Selanjutnya: Dana SAL Rp 200 Triliun Masuk ke Bank, Stimulus Kredit atau Beban Baru?

Menarik Dibaca: 3 Strategi bagi UMKM Lebih Siap Hadapi Serangan Siber Social Engineering

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×