Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pertumbuhan dana kelolaan reksadana syariah sepanjang Mei lalu masih mini. Bahkan kontribusinya terhadap total industri reksadana menyusut.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dana kelolaan reksadana syariah per akhir Mei 2015 senilai Rp 11,79 triliun, naik 1,64% dibanding bulan sebelumnya. Dibandingkan akhir tahun lalu atau year to date (ytd), jumlah dana kelolaan naik 4,99%.
Meski tumbuh, kontribusi reksadana syariah terhadap total dana kelolaan industri susut dari semula 4,84% menjadi 4,42% per akhir Mei lalu. Porsi syariah belum pernah menyentuh angka 5%.
Menurut Direktur Panin Asset Management (PAM), Ridwan Soetedja, pada akhir Mei lalu, dana kelolaan reksadan syariah Panin justru turun sekitar 3%. "Penurunan akibat aksi ambil untung alias profit taking investor," ujarnya.
Maklum, dua produk syariah kelolaan Panin mencetak return positif. Sepanjang Mei 2015, Panin Dana Syariah Saham memberikan return 3,99%, dan Panin Dana Syariah Berimbang sebesar 3,25%.
Ridwan mengaku, relatif kesulitan memasarkan reksadana syariah. Banyak investor berpandangan minimnya jumlah aset dasar menyebabkan kinerja reksadana syariah akan ketinggalan dibandingkan reksadana konvensional.
Menurutnya, porsi dana kelolaan reksadana syariah pada tahun ini bisa mencapai 5%. Dengan syarat, semakin banyak emiten masuk Daftar Efek Syariah dan banyak penerbitan sukuk korporasi dan sukuk negara. "Jika aset dasar lebih likuid, kinerja akan lebih baik," ujar Ridwan.
Senior Fund Manager BNI Asset Management, Hanif Mantiq bilang, terjadi penurunan jumlah dana kelolaan per akhir Mei menjadi sekitar Rp 900 miliar dibanding bulan sebelumnya Rp 1 triliun. Hanif sependapat, kinerja reksadana syariah yang relatif lebih rendah menyebabkan dana kelolaan sulit tumbuh.
Menurutnya, kinerja produk refleksi langsung dari performa aset dasarnya. "Contoh, pergerakan harga sukuk negara tahun ini lebih rendah ketimbang surat utang negara (SUN). Sebab, sukuk kurang likuid lantaran pasokan terbatas," paparnya.
Saham masih prospektif
Proyeksi Hanif, tahun ini, reksadana syariah jenis saham masih paling prospektif. Bahkan, kinerjanya berpeluang mengalahkan indeks harga saham gabungan (IHSG) jika dikelola dengan bagus. "Saham tetap pilihan instrumen yang memberikan return tertinggi, meski saat ini memang sedang fluktuatif," ujarnya.
Itu sebabnya, ia bilang, BNI AM berencana menerbitkan satu reksadana syariah jenis saham pada semester II. Menurutnya, MI masih lebih leluasa memutar dana pada efek saham syariah.
Sedangkan, reksadana syariah berbasis sukuk diprediksi sulit naik karena tak likuid. Kecuali, kata Hanif, di sisa tahun ini, pemerintah memperbesar alokasi penerbitan sukuk dengan tenor lebih beragam, maka ada peluang kinerja reksadana berbasis sukuk lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News