Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, aset kripto diprediksi masih mengungguli aset investasi lain secara kinerja. Banyak sentimen yang mendukung penguatan harganya. Namun aset ini sangat volatile dan tinggi risiko.
Oleh sebab itu, investor bisa mencermati portofolio lain yang juga diprediksi akan berkinerja apik.
Panji Yudha, Financial Expert Ajaib Kripto mengatakan tahun depan di bawah kepemimpinan Presiden Terpiliha AS Donald Trump membawa bitcoin ke arah yang lebih postif sebab Presiden AS itu akan membuat kebijakan yang lebih ramah dan mendukung pasar kripto, terutama bitcoin.
Kendati demikian, pasar kipto tidak hanya ditentukan oleh kebijakan Trump. Faktor makroekonomi juga berpengaruh besar terhadap pergerakannya.
Baca Juga: 35 Kampus Negeri Terakreditasi Unggul BAN-PT Terbaru, Pilihan PMB Tahun Depan
Apabila Bank Sentral AS memutuskan penurunan suku bunga, maka aliran dan ke aset digital akan meningkat. Di sisi lain masih ada potensi ketegangan geopolitik, eskalasi konflik Timur Tengah yang memengaruhi minat investor terhadap aset berisiko.
Sedangkan Ethereum diprediksi pospeknya akan cerah pada 2025, didukung oleh peluncuran Pectra Upgrade yang akan meningkatkan efisiensi stalking dan memperkuat ekosistem DeFi. Selain itu integrasi AI Agents ke ekosistem Ethereum diprediksi membawa perubahan besar ke arah positif.
"AI Agents dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional berbagai proyek DeFi, otomatisasi transaksi, dan prediksi pasar dengan analisis data yang lebih canggih," kata Panji kepada KONTAN, Senin (17/12).
Dengan peluang dan risiko yang dijelaskan, Pandji memprediksi harga bitcoin akan menguat di tahun depan. Selain itu, ia mencermati secara historis pasar kripto biasanya menguat pada kuartal satu dan kuartal empat.
Pandji menjelaskan secara historis, pada kuartal satu biasanya ada kenaikan 56,47%. Adapun dengan landasan ini, Pandji memproyeksikan harga bitcoin berasa di kisaran US$ 110.000 - US$ 125.000 pada kuartal I 2025.
Baca Juga: Rupiah Pekan Ini Naik Tipis versus Dolar AS, Begini Prediksi di Pekan Depan
Begitupun dengan Ethereum, yang prediksinya akan meningkat pada kuartal I-2025 dengan perkiraan harganya mampu mencapai US$ 5.000 - US$ 6.000.
Namun demikian, aset ini sangat volatile dan rentan terkoreksi tajam. Investor bisa memilih alternatif lain yang juga diprediksi masih akan positif pada tahun depan.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan emas pun diprediksi akan terus tumbuh. Namun di saat bersamaan, dolar juga akan menguat.
Lukman mengatakan secara jangka panjang harga emas bakal terus-menerus naik. Salah satu pendorongnya kebijakan tarif Trump yang membawa dunia masuk ke perang dagang.
Hal ini akan menyebabkan tekanan bagi pertumbuhan ekonomi global, dengan demikian emas akan semakin dicari menjadi tujuan safe-haven.
Namun di satu sisi kebijakan Trump juga berisiko memicu perang dagang dan ujungnya perang mata uang. Kondisi ini sangat berpotensi menguatkan dolar AS dan menaikkan tingkat suku bunga the Fed. "Apabila tekanan ini lebih kuat, maka emas justru bisa turun harganya," kata Lukman.
Baca Juga: Rupiah Bertahan di Bawah Rp 16.200, Intip Prediksi Untuk Pekan Depan
Tetapi kedua skenario ini dapat berubah apabila dalam pelaksanaannya kebijakan Truump tidak terlalu agresif. Lukman memprediksi harga emas diperkirakan akan mencapai setidaknya US$ 3.000, atau sekitar 10%-15% dari harga saat ini.
Di sisi lain, portofolio obligasi diprediksi tetap positif dan tetap dicari karena sifatnya yang aman.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income PEFINDO menyatakan bahwa ketidakpastian eksternal, terutama di AS melalui efek Trump dan kebijakannya bisa membuat investor lebih risk averse.
Selain itu, kondisi konflik geopolitik juga masih akan berlangsung dan memberikan risiko. Sehingga, risiko yang lebih besar bisa saja membebani kinerja pasar.
"Dalam kondisi ini, investor biasanya akan lebih memilih aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah," kata Ahmad.
Baca Juga: Sepekan Terakhir Rupiah Melemah, Bagaimana Prediksi Rupiah Pekan Depan?
Untuk pasar obligasi pemerintah, Ahmad memproyeksi rata-rata yield obligasi pemerintah di tahun depan akan berkisar antara 6,31%-6,69% untuk tenor 10 tahun.
Selanjutnya: Opsen Pajak Tinggi Berpotensi Hambat Penjualan Motor di Tahun Depan
Menarik Dibaca: Katalog Promo Alfamidi Hemat Satu Pekan Periode 30 Desember 2024-5 Januari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News