Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
Ia juga melihat bahwa tren yang terjadi pada rupiah pada beberapa mata uang asing akan terjadi sementara. Penguatan rupiah terhadap yen dan euro saat ini masih akan dipengaruhi data yang akan dirilis dari internal mereka.
Secara keseluruhan rupiah masih dalam tekanan yang masih akan berlangsung dari penguatan dolar, penguatan dolar dari yield obligasi yang masih berada di level tertinggi.
Baca Juga: Tokocrypto resmi meluncurkan Toko Token yang menyediakan model token hybrid
Selain itu, menurut Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo perkembangan yang baik dalam pemulihan global telah mengurangi daya tarik aset lindung nilai, tidak hanya terjadi pada emas, terlihat juga mata uang lindung nilai seperti Yen Jepang dan Franc, Swiss yang melemah.
“Dolar yang lebih kuat dari perkiraan, dan kenaikan suku bunga obligasi telah menyeret emas dari tahta bulan Agustus tahun lalu. Hasil benchmark US Treasury 10 tahun naik ke tertinggi 14 bulan pada hari Selasa di 1,776%. Imbal hasil Treasury mencapai level tertinggi baru sehari sebelum Presiden Joe Biden ditetapkan untuk menguraikan bagaimana dia bermaksud untuk membayar rencana infrastruktur US$ 3 triliun hingga US$ 4 triliun,” kata Sutopo.
Untuk emas sendiri menurut Nanang, penurunan terjadi karena pelepasan aset berisiko saat ini membuat emas tidak berharga, karena investor lebih memilih imbal hasil yang didapatkan dari obligasi pemerintahan Indonesia, sehingga emas akan mengalami tekanan.