kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AS dan China memulai negosiasi dagang, dolar melemah terhadap mata uang utama


Kamis, 10 Oktober 2019 / 17:10 WIB
AS dan China memulai negosiasi dagang, dolar melemah terhadap mata uang utama
ILUSTRASI. Nilai tukar dolar AS hari ini melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. REUTERS/Jason Lee/Illustration/File Photo


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para petinggi Amerika Serikat (AS) dan China dijadwalkan bertemu pada 10-11 Oktober ini. Kedua negara memulai kembali pembicaraan dagang.

Tapi, nilai tukar dolar AS hari ini melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Mengutip Bloomberg, pukul 16.56 WIB, pasangan EUR/USD menguat 0,55% ke 1,1031. Hal serupa juga terjadi pada pasangan GBP/USD yang menguat 0,42% berada di posisi 1,2257. Dolar pun melemah terhadap yen. Ini ditunjukkan oleh pairing USD/JPY yang melemah 0,08% ke 107,39.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf mengatakan, dolar AS masih bisa perkasa terhadap pasangan poundsterling. Ia menilai GBP/USD masih akan turun seiring fundamental yang datang dari Inggris lebih dominan. Fundamental tersebut masih ada kaitannya dengan Brexit yang memiliki tenggat waktu hingga 31 Oktober 2019.

Baca Juga: Rupiah masih menguat 0,18% ke Rp 14.148 per dolar AS

Deddy bilang backstop Irlandia masih menjadi persoalan dalam kaitannya dengan Brexit. Ia bilang masalah ini belum juga terselesaikan hingga saat ini. Padahal, tenggat waktu Brexit juga semakin dekat. “Ini bisa mengindikasikan adanya no deal brexit,” ujar Deddy.

Deddy mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa, terutama Jerman, terus mendesak Inggris untuk menyelesaikan masalah backstop Irlandia. Mereka menginginkan jika nantinya Inggris benar-benar keluar dari Uni-Eropa, hubungan dagang antara Inggris dan Irlandia tetap perlu dikenakan biaya tarif.

Hanya saja Inggris tak berkeinginan seperti itu. “Inggris akan mengalami kesulitan apabila harus menjalin perdagangan dengan negara-negara di Uni Eropa karena harus melewati WTO terlebih dahulu,” tambah Deddy.

Baca Juga: Wall Street berakhir naik di tengah optimisme perundingan AS-China

Meskipun masih bisa kuat, Deddy berpendapat GBP/USD masih berpeluang melemah. Selain optimisme hasil pertemuan dagang, Deddy menyebutkan bahwa setelah rapat FOMC muncul kemungkinan terjadinya pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir Oktober ini. Hal ini lah yang menjadikan dolar AS juga tertekan.

Berbicara mengenai pertemuan antara AS dan China selama dua hari ini, Deddy sebenarnya masih pesimis bahwa akan ada hasil positif dari pertemuan tersebut. China dirasa masih belum bisa menyanggupi semua isi proposal kesepakatan dagang yang diajukan oleh AS.

Selain itu, AS juga baru saja mengeluarkan kebijakan untuk membatasi paspor pejabat China yang mau masuk AS sebagi dampak adanya perlakuan kurang baik China terhadap kaum minoritas Islam.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa kurs dolar masih akan kuat di hadapan yen Jepang. Dia mengatakan, pasangan USD/JPY lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi terkini dari perang dagang AS dan China mengingat yen masih termasuk aset safe haven.

Oleh karena itu, adanya pertemuan pejabat AS dan China bakal mempengaruhi pergerakan yen Jepang yang bisa saja melemah jika benar ada kesepakatan positif. “Pasar masih memandang optimistis pada pertemuan tersebut walaupun kedua belah pihak saling melempar komentar negatif,” ujar Yudi.

Yudi yakin yen bisa unggul di hadapan dolar karena Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe masih sering mengeluarkan kebijakan fiskal yang dinilai penting. Selain itu, Abe juga fokus pada pemberian stimulus. “Hal ini tentu menopang di saat terjadi penguatan terhadap dolar AS,” ujar Yudi.

Berbeda dengan kedua pasangan sebelumnya, Yudi menilai dolar akan tertekan dalam pasangan EUR/USD. Ia bilang tekanan besar terhadap dollar disebabkan oleh adanya kemungkinan bank sentral The Fed untuk memangkas suku bunganya sebesar 25 bps lagi.

Baca Juga: Penurunan Suku Bunga BI Tak Banyak Berdampak ke Saham Keuangan premium

Selain itu, Yudi bilang pertemuan AS dan China selama dua hari ini juga sedang ditunggu oleh pelaku pasar. Ia menyampaikan bahwa jika terjadi kesepakatan positif pada pertemuan ini akan memicu kepemilikan euro. Hal ini mengingat euro juga termasuk aset berisiko. “EUR/USD bisa terangkat,” ujar Yudi.

Yudi mengungkapkan bahwa pelaku pasar juga sedang menunggu hasil rapat ECB bulan ini. Jika kebijakan moneter ECB lebih hawkish, EUR/USD bisa menguat.

Baca Juga: Penguatan Harga Minyak Hanya Sesaat premium

Deddy memprediksi posisi GBP/USD akan berada di area support 1.2137-1,2170 dan resistance 1,2263-1,2324 dengan rekomendasi jual.

Sedangkan Yudi menebak EUR/USD berada di posisi support 1,0950-1,0970 dan resistance 1,1010-1,1025 dengan rekomendasi buy on weakness.

Menurut Yudi, rekomendasi yang sama juga berlaku bagi USD/JPY dengan support 106,80-107,20 dan resistance 107,80-108,00.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×