Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para petinggi Amerika Serikat (AS) dan China dijadwalkan bertemu pada 10-11 Oktober ini. Kedua negara memulai kembali pembicaraan dagang.
Tapi, nilai tukar dolar AS hari ini melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Mengutip Bloomberg, pukul 16.56 WIB, pasangan EUR/USD menguat 0,55% ke 1,1031. Hal serupa juga terjadi pada pasangan GBP/USD yang menguat 0,42% berada di posisi 1,2257. Dolar pun melemah terhadap yen. Ini ditunjukkan oleh pairing USD/JPY yang melemah 0,08% ke 107,39.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf mengatakan, dolar AS masih bisa perkasa terhadap pasangan poundsterling. Ia menilai GBP/USD masih akan turun seiring fundamental yang datang dari Inggris lebih dominan. Fundamental tersebut masih ada kaitannya dengan Brexit yang memiliki tenggat waktu hingga 31 Oktober 2019.
Baca Juga: Rupiah masih menguat 0,18% ke Rp 14.148 per dolar AS
Deddy bilang backstop Irlandia masih menjadi persoalan dalam kaitannya dengan Brexit. Ia bilang masalah ini belum juga terselesaikan hingga saat ini. Padahal, tenggat waktu Brexit juga semakin dekat. “Ini bisa mengindikasikan adanya no deal brexit,” ujar Deddy.
Deddy mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa, terutama Jerman, terus mendesak Inggris untuk menyelesaikan masalah backstop Irlandia. Mereka menginginkan jika nantinya Inggris benar-benar keluar dari Uni-Eropa, hubungan dagang antara Inggris dan Irlandia tetap perlu dikenakan biaya tarif.
Hanya saja Inggris tak berkeinginan seperti itu. “Inggris akan mengalami kesulitan apabila harus menjalin perdagangan dengan negara-negara di Uni Eropa karena harus melewati WTO terlebih dahulu,” tambah Deddy.
Baca Juga: Wall Street berakhir naik di tengah optimisme perundingan AS-China
Meskipun masih bisa kuat, Deddy berpendapat GBP/USD masih berpeluang melemah. Selain optimisme hasil pertemuan dagang, Deddy menyebutkan bahwa setelah rapat FOMC muncul kemungkinan terjadinya pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir Oktober ini. Hal ini lah yang menjadikan dolar AS juga tertekan.
Berbicara mengenai pertemuan antara AS dan China selama dua hari ini, Deddy sebenarnya masih pesimis bahwa akan ada hasil positif dari pertemuan tersebut. China dirasa masih belum bisa menyanggupi semua isi proposal kesepakatan dagang yang diajukan oleh AS.
Selain itu, AS juga baru saja mengeluarkan kebijakan untuk membatasi paspor pejabat China yang mau masuk AS sebagi dampak adanya perlakuan kurang baik China terhadap kaum minoritas Islam.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa kurs dolar masih akan kuat di hadapan yen Jepang. Dia mengatakan, pasangan USD/JPY lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi terkini dari perang dagang AS dan China mengingat yen masih termasuk aset safe haven.