kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,72   -19,77   -2.14%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arus dana asing keluar, Analis: Ada kekhawatiran rupiah akan melemah ke depan


Senin, 11 Maret 2019 / 12:24 WIB
Arus dana asing keluar, Analis: Ada kekhawatiran rupiah akan melemah ke depan


Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arus dana asing tercatat mengarah keluar dari pasar modal Indonesia. Berdasarkan data RTI, jika melihat data seminggu terakhir, memang asing tercatat masih melakukan beli bersih hingga Rp 1,67 triliun di semua pasar, namun pada pasar reguler asing tercatat cukup banyak menarik dana hingga mencatat jual bersih sebesar Rp 2,48 triliun.

Arus asing yang keluar tercatat semakin melebar pada perdagangan hari Jumat pekan lalu yang mencatatkan aksi jual bersih asing sebesar Rp 609 miliar di semua pasar baik reguler, tunai dan pasar negosiasi.

Lebih lanjut, jika melihat dari saham yang paling banyak dilego asing adalah saham-saham dengan kapitalisasi besar (big caps). Adapun saham- saham yang paling besar dijual asing dalam seminggu terakhir adalah BBCA mencapai Rp 541,19 miliar, BMRI mencapai Rp 393,53 miliar, LPPF mencapai Rp 387,99 miliar, ASII mencapai Rp 320,48 miliar dan TLKM sebesar Rp 298,85 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su mengatakan, pergerakan asing ini masih lebih ke arah arus dana yang normal dan asing mungkin khawatir rupiah akan terus bergerak melemah.

Jika melihat pergerakan rupiah, dalam seminggu terakhir rupiah masih bergerak melemah ke level Rp 14.285 per dollar Amerika Serikat (AS) dengan level tertinggi mencapai Rp 14.120 dan level terendah pada 8 Maret 2019 lalu sebesar Rp 14.310 per dollar AS.

“Lebih ke arah funds flow saja dan asing mungking khawatir rupiah kita akan melemah ke depannya,” ujar Harry kepada Kontan.co.id, Senin (11/3).

Menurutnya arus asing akan kembali masuk masih menunggu hasil Pemilu dan data defisit neraca dagang yang bisa membaik. Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) masih mencatat neraca dagang Januari 2019 defisit sebesar US$ 1,16 miliar.

Kendati demikian, menurut Harry, kondisi seperti ini bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk mulai masuk ke saham big caps yang mulai ditinggal oleh asing. Adapun saham-saham big caps yang bisa dicermati adalah GGRM dan BBCA.

Hingga perdagangan paruh pertama, tercatat BBCA masih menguat 1,10% ke level Rp 27.500 per saham, sedangkan untuk GGRM naik cukup meyakinkan sebesar 3,00% ke level Rp 92.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×