kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45998,34   4,74   0.48%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis sarankan akumulasi saat stock split apabila prospek perusahaan bagus


Senin, 14 Oktober 2019 / 08:20 WIB
Analis sarankan akumulasi saat stock split apabila prospek perusahaan bagus
Analis sarankan akumulasi saat stock split apabila prospek perusahaan bagus


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten berencana memecah nilai saham alias stock split. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat ada dua alasan emiten melakukan stock split yaitu kurang likuid dan harga saham sudah terlampau mahal sehingga sulit dijangkau investor retail. 

"MDKA misalnya saat RUPSLB mengatakan tujuannya mendorong likuiditas," jelas Herditya kepada Kontan.co.id, Minggu (13/10). 

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berencana melakukan stock split dengan rasio 1:5. Artinya nilai nominal saham yang semula sebesar Rp 100 per lembar akan dipecah menjadi Rp 20 per saham. Adapun harga MDKA pada penutupan pekan lalu tercatat sebesar Rp 6.375 dengan nilai price earning ratio (PER) sebanyak 22,22 kali. 

Baca Juga: Analis menilai stock split sebagai upaya menarik investor retail

Selain MDKA, PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG) juga akan memecah nilai sahamnya dengan rasio 1:5. Harga TBIG pada penutupan pasar Jumat (13/10) bertengger di level Rp 6.775 dengan PER 40,09 kali. 

Sementara itu, beberapa emiten yang melakukan stock split dinilai oleh Herditya sudah mahal. Beberapa saham yang akan melakukan stock split adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan harga terakhir Rp 44.175 dan PER 45,59 kali, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di harga Rp 30.625 dengan PER 29,36 kali dan PT Andira Agro Tbk (ANDI) di harga Rp 1.915 dengan PER 174,09 kali. 

"Jadi mereka stock split supaya selain harganya murah, bisa lebih terjangkau oleh investor retail," jelas dia. 

Baca Juga: Stock split dilakukan karena emiten melihat harga sahamnya sudah mahal

Herditya menyarankan apabila investor melihat beberapa emiten tersebut memiliki prospek yang baik, maka akan lebih menarik apabila mengakumulasi kepemilikan saham. "Kalau memang ingin jangka panjang akan lebih menarik," jelas dia. 

Dalam hal ini, Herditya menyebutkan UNVR, BBCA, TBIG, MDKA dan ITMG menarik untuk diperhatikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×