Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan laba bersih pada semester pertama tahun ini yaitu Rp 964 miliar. Sementara, periode sama tahun lalu, JPFA masih membukukan rugi bersih Rp 272 miliar.
Laba bersih naik, penjualan bersih juga ikut bertumbuh 11,5% sebesar Rp 13,5 triliun dari enam bulan pertama tahun lalu Rp 12,1 triliun.
Divisi pakan ternak mencatatkan pertumbuhan volume 10% (yoy) dengan marjin EBIT yang tumbuh 3,6%. Hal tersebut disebabkan oleh turunnya harga soybean.
Michael W. Setjoadi, analis Bahana Sekuritas dalam risetnya Jumat (12/08) lalu mengatakan tren kenaikan juga terjadi di segmen day old chicken (DOC) atau anak ayam umur sehari yang volumenya tumbuh 13% yoy. Dengan harga jual rata-rata ayam yang naik 15,6%, membuat biaya turun 8,2% yoy dibanding periode sama tahun lalu.
Sementara, Yosua Zisokhi, analis MNC Sekuritas mengatakan pencapaian di semester pertama tersebut disebabkan oleh jumlah suplai ayam yang berkurang sehingga membuat harga jualnya naik. Lalu apresiasi Rupiah yang berada di level 13.000 di akhir semester pertama juga membuat JPFA tidak lagi terkena beban kurs.
"Perseroan memiliki utang dolar yang cukup besar di tahun 2015 lalu karena rupiah mendekati level 14.000," kata Yosua kepada KONTAN, Kamis (18/8).
Dengan kurs yang membaik, Yosua memprediksi sampai akhir tahun kinerja JPFA akan semakin bagus. Momen Lebaran juga mendorong kinerja perseroan di semester satu. Permintaan ayam naik otomatis harganya juga terkerek naik.
Namun akan sedikit ada koreksi ketika mendekati Idul Adha karena permintaan ayam akan berkurang sehingga harganya tidak terlalu tinggi. "Idul Adha orang fokus spending ke kambing atau sapi, sehingga permintaan ayam akan bergeser sebentar," tambahnya.
Yosua menambahkan tahun ini harga ayam juga akan lebih stabil 30% dibanding tahun lalu. Lalu dengan adanya suntikan modal sekitar Rp 700 miliar dari Kohlberg Kravis Roberts (KKR), perusahaan investasi global yang juga memiliki saham JPFA 10,44% akan membuat struktur permodalan perseroan menjadi semakin kuat
"Dengan modal tersebut perusahaan akan melunasi utang dan bisa memudahkan JPFA untuk berekspansi di tahun depan," jelas Yosua.
Dengan modal yang kuat, kemungkinan produsen nugget ayam merek So Good tersebut tidak akan begitu terpengaruh dengan harga jual ayam dan harga pakan yang naik turun. Lalu dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik, diharapkan permintaan akan ayam naik.
Di sisi lain, Yosua mengatakan inflasi yang masih cukup rendah membuat pengeluaran atau pembelanjaan uang masyarakat tidak terlalu tinggi. Artinya daya beli masyarakat belum pulih sehingga harus disikapi dengan bijak oleh perusahaan.
Lalu persaingan usaha juga semakin ketat, banyak pemain di bidang usaha ayam potong selain JPFA yang bisa saja sewaktu-waktu menggerus pangsa pasar perusahaan.
"Hati-hati juga terhadap aksi penggelembungan suplai ayam yang bisa membuat harga ayam turun lagi," katanya.
JPFA juga berencana untuk menggelar right issue senilai Rp 1,5 triliun di kuartal satu tahun depan. Menurut Michael manajemen akan menggunakan dana sekitar Rp 702 miliar untuk melunasi utang bank jangka pendek dengan suku bunga 9 - 12,5%.
"Ini harusnya bisa menurunkan net gearing 60,8% di tahun depan dari net gearing 105,6% di tahun 2015," ujar Michael.
Sementara menurut Yosua tidak serta merta dengan adanya right issue kinerjanya langsung melonjak, masih ada faktor lain. Yang pasti dengan right issue ini bisa membuat struktur modal JPFA menjadi kuat sehingga ketika ada fluktuasi di pendapatan, margin laba bersih bisa terjaga.
"Selain itu perusahaan bisa mendapat pembiayaan baik dari bank maupun obligasi dengan cost yang lebih rendah," jelas Yosua.
Lalu Michael menaikkan proyeksi pendapatan perusahaan di tahun ini yaitu tumbuh 33% dan di tahun depan tumbuh 61%. Proyeksi ini sejalan dengan permintaan ayam potong yang stabil dan kurs yang membaik.
Sementara Yosua memproyeksi JPFA akan mengantongi laba bersih Rp 2 triliun dan pendapatan Rp 24 triliun sampai akhir tahun 2016. "Dengan sentimen positif yang ada kami asumsikan perusahaan bisa mencapai target kami," kata Yosua.
Michel merekomendasikan untuk beli saham JPFA dengan target Rp 1.750 berdasarkan 14,2 kali laba bersih per saham di 2017 Rp 123. Yosua juga merekomendasikan untuk beli saham JPFA dengan target harga Rp 1.800.
Sementara Marlene Tanumihardja, analis Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham JPFA dengan target Rp 2.000. Harga saham JPFA pada perdagangan Kamis (18/08) naik 2,90% menjadi Rp 1.595.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News