kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Penurunan harga saham Acset Indonusa (ACST) sejalan dengan peningkatan utang


Jumat, 06 Maret 2020 / 17:32 WIB
Analis: Penurunan harga saham Acset Indonusa (ACST) sejalan dengan peningkatan utang
ILUSTRASI. ACSET Indonusa


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengawasi pergerakan harga PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Dalam satu bulan, saham ACST telah turun 62,53% ke level Rp 296.  Hari ini, saham ACST ditutup menguat 24,37% setelah pada penutupan kemarin Kamis (6/3) ditutup melemah 13,77% ke level Rp 238. 

Sehubungan dengan terjadinya unusual market activity (UMA) tersebut pihak bursa meminta investor untuk memperhatikan penjelasan dari manajemen, kinerja perusahaan serta rencana aksi korporasi sebelum mendapat persetujuan RUPS. 

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas melihat penurunan saham ACST yang cukup signifikan sejalan dengan kinerjanya yang mengalami penurunan. Dari 2018, kinerja anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) tersebut sudah mengalami penurunan dan tahun lalu bahkan mencatat kerugian. 

Baca Juga: BEI cermati saham Acset Indonusa (ACST) yang merosot di luar kebiasaan

"Akibatnya tekanan jual terus meningkat dan tingkat kepercayaan investor ketika kinerja turun bisa berkurang," jelas Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (6/3).

Pada tahun 2018, Acset membukukan pendapatan sebesar Rp 3,72 triliun atau naik 22,77% secara tahunan (yoy). Kemudian pada tahun tersebut Acset mencatatkan kenaikan beban umum dan administrasi sebanyak 28,82% menjadi Rp 193,45 miliar, kenaikan beban pajak final 53,96% menjadi Rp 141,83 miliar dan kenaikan biaya keuangan 339,63% menjadi Rp 362,21 miliar. Dus laba Acset turun 88,15% dari Rp 154,24 miliar menjadi Rp 18,28 miliar. 

Kemudian di tahun 2019 pendapatan Acset naik 6,18% menjadi Rp 3,95 triliun, sementara itu beban pokok naik 33,66% menjadi Rp 4,05 triliun. Ditambah naiknya biaya keuangan hingga 71,07% menjadi Rp 619,63 miliar. Dus Acset tidak lagi mencatatkan laba melainkan rugi Rp 1,14 triliun. 

Di sisi lain, Sukarno juga menyoroti soal rasio utang Acset yang sangat tinggi. Kondisi leverage meningkat drastis. Kenaikan utang berasal dari utang jangka pendek yang digunakan untuk biaya penyelesaian proyek. 

Saat ini debt to equity ratio (DER) meningkat dari tahun lalu yang sebesar 5,26 kali menjadi 35,47 kali dan debt to asset ratio (DAR) dari 0,84 kali menjadi 0,97 kali. 

"Rasio utang sangat tinggi sehingga menyebabkan kekhawatiran pasar akan kinerjanya di masa yang akan datang," imbuh dia. 

Acset juga memiliki rencana rights issue untuk menurunkan gearing level dan biaya bunga yang dapat mendukung perusahaan konstruksi tersebut dalam menjalankan strategi usahanya. Rencana tersebut dinilai menjadi sentimen negatif karena tujuannya lebih untuk membayar utang dari pada ekspansi. 

"Karena kita harus menunggu seperti apa nanti kinerja yang dihasilkan. Positifnya jika nanti utang berkurang maka beban keuangan berkurang dan bottom line dapat positif lagi," jelas Sukarno. 

Baca Juga: Akibat keterlambatan proyek, Acset Indonusa (ACST) catat rugi bersih pada 2019

Dengan tren harga penurunan tersebut, Sukarno melihat belum ada sinyal transisi sehingga masih bisa turun lagi. Dus investor disarankan untuk wait and see dan menunggu kinerja terbaru serta struktur permodalan usai rights issue. 

Dia memperkirakan, prospek Acset masih memiliki peluang membaik apabila proyek yang terlambat akan selesai dan diakui sebagai pendapatan. Bila demikian Acset bisa memiliki kemampuan bayar utang.

"Yang pasti rasio DER akan turun karena ada rights issue," pungkasnya. 

Sebelumnya Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari menjelaskan rugi bersih perusahaan dikarenakan adanya keterlambatan proyek sehingga ada peningkatan biaya pendanaan, overhead dan biaya lain yang dialokasikan untuk percepatan penyelesaian proyek tersebut. 

Untuk memperbaiki kinerjanya, perusahaan ini bakal melakukan peningkatan kontrol proyek. "Acset akan terus berupaya untuk lebih selektif dalam pemilihan proyek dan meningkatkan kontrol pengelolaan terhadap pelaksanaan proyek. Diharapkan dengan ini dapat membawa perbaikan-perbaikan ke depannya," Maria kepada Kontan.co.id, Rabu (26/2). 

Asal tahu saja, jumlah utang Acset pada buku 2019 sebesar Rp 10,16 triliun didominasi oleh utang jangka pendek sebesar Rp 9,99 triliun. Jumlah utang jangka pendek tersebut naik 35% dari Rp 7,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×