Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
Acset juga memiliki rencana rights issue untuk menurunkan gearing level dan biaya bunga yang dapat mendukung perusahaan konstruksi tersebut dalam menjalankan strategi usahanya. Rencana tersebut dinilai menjadi sentimen negatif karena tujuannya lebih untuk membayar utang dari pada ekspansi.
"Karena kita harus menunggu seperti apa nanti kinerja yang dihasilkan. Positifnya jika nanti utang berkurang maka beban keuangan berkurang dan bottom line dapat positif lagi," jelas Sukarno.
Baca Juga: Akibat keterlambatan proyek, Acset Indonusa (ACST) catat rugi bersih pada 2019
Dengan tren harga penurunan tersebut, Sukarno melihat belum ada sinyal transisi sehingga masih bisa turun lagi. Dus investor disarankan untuk wait and see dan menunggu kinerja terbaru serta struktur permodalan usai rights issue.
Dia memperkirakan, prospek Acset masih memiliki peluang membaik apabila proyek yang terlambat akan selesai dan diakui sebagai pendapatan. Bila demikian Acset bisa memiliki kemampuan bayar utang.
"Yang pasti rasio DER akan turun karena ada rights issue," pungkasnya.
Sebelumnya Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari menjelaskan rugi bersih perusahaan dikarenakan adanya keterlambatan proyek sehingga ada peningkatan biaya pendanaan, overhead dan biaya lain yang dialokasikan untuk percepatan penyelesaian proyek tersebut.
Untuk memperbaiki kinerjanya, perusahaan ini bakal melakukan peningkatan kontrol proyek. "Acset akan terus berupaya untuk lebih selektif dalam pemilihan proyek dan meningkatkan kontrol pengelolaan terhadap pelaksanaan proyek. Diharapkan dengan ini dapat membawa perbaikan-perbaikan ke depannya," Maria kepada Kontan.co.id, Rabu (26/2).
Asal tahu saja, jumlah utang Acset pada buku 2019 sebesar Rp 10,16 triliun didominasi oleh utang jangka pendek sebesar Rp 9,99 triliun. Jumlah utang jangka pendek tersebut naik 35% dari Rp 7,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News