Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) diminta tidak hanya memperhatikan kuantitas IPO emiten, tetapi juga memperhatikan kualitas IPO emiten tersebut. Pasalnya, sudah banyak emiten IPO yang sahamnya tidur setelah melakukan IPO. Apalagi tahun depan, BEI menargetkan sebanyak 35 IPO emiten yang akan melantai di bursa.
Apalagi dengan kondisi pasar saham saat ini yang serba tidak menggembirakan, perlu kiranya kualitas IPO emiten yang baik agar terjadi transaksi yang bagus di bursa.
"Kapitalisasinya banyak yang bukan kapitalisasi besar. Ya kan dengan kondisi sekarang growth ekonomi kita yang melambat jadi kinerja emiten juga tidak terlalu bagus. Kualitas emiten juga perlu diperhatikan, kalau cuma kuantitas ya percuma bakal jadi saham tidur aja," ujar Parningotan Julio, Analis Milenium Danatama Sekuritas kepada KONTAN, Senin (28/12).
Ia menilai saham IPO emiten hanya bagus ketika melakukan listing, selepas itu praktis transaksinya menjadi sangat rendah bahkan sebagian menjadi saham tidur. BEI harus cerdas menarik emiten-emiten yang berpotensi positif di bursa.
"kadang kala, hanya pada euforia IPO emiten sendiri tinggi. Setelah itu ya sudah, karena transaksinya akan menjadi relatif rendah. Untuk skalanya sendiri tapi emitennya kan kecil-kecil jadi tidak terlalu berdampak," lanjutnya.
Senada juga diutarakan, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia mengatakan bahwa BEI dan OJK harus lebih selektif dalam menarik IPO emiten yang akan melantai. Jangan malah membiarkan emiten-emiten kecil yang melantai hanya untuk mengejar target IPO emiten.
Menurutnya, OJK harus mengeluarkan standar baru dalam pemberian izin efektif kepada emiten yang akan melantai di Bursa. Saat ini, OJK hanya terpaku pada asas tertib, aman dan efisien semata tanpa menimbang potensi emiten ke depannya.
"Sebenarnya saya lebih suka IPO emiten itu satu tapi kualitasnya bagus. Selama ini walaupun kuantitasnya bagus dan banyak, tapi jarang banget yang emitennya besar," ujarnya.
Ia mengatakan lebih baik BEI lebih fokus menarik Freeport dan Newmont untuk melakukan IPO, ketimbang fokus menarik emiten-emiten kecil. Dengan begitu, maka transaksi yang akan terjadi akan meningkat cukup tajam.
"Mending fokus tarik Freeport dan New mount, kita tidak memungkiri Indonesia itu andalannya komoditas dan tidak semua komoditas tergantung minyak. Sekarang itu, perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa harga sahamnya lagi jeblok. Semua tinggal kita lihat ke depannya seperti apa, harusnya kalau kualitasnya baik ya ada perbaikan bagus semua," lanjutnya.
Menurutnya, selama ini peran OJK yang memberikan pernyataan efektif itu juga belum baik. Tp selama ini yang terjadi OJK berpikir selama semuanya tertib administrasi maka pernyataan efektif akan diberikan. Padahal banyak analis mengatakan untuk apa memberikan izin efektif ke perusahaan-perusahaan itu.
"Pasalnya, dalam waktu 2-3 tahun setelah IPO itu yang kemudian jeblok. Silakan cari IPO emiten dalam 2-3 tahun terakhir, kira-kira yang harganya di bawah Rp 100 itu berapa persen? atau yang harganya setengah dari harga waktu pertama kali listing," lanjutnya.
Menurutnya, persentase IPO emiten yang menjadi saham tidur itu tinggi sekali. Oleh karena itu, OJK harus punya visi untuk memberikan pernyataan efektif. Dengan begitu tentu IPO emiten akan muncul yang bagus-bagus, bukan barang jelek yang tiba-tiba diloloskan masuk ke bursa.
"Visi tersebut jangan hanya didorong untuk kepentingan meningkatkan transaksi di bursa semata, melainkan juga untuk menjaga kualitas. Saya tidak happy dengan IPO emiten yang listing kalau ujung-ujungnya transaksinya sedikit atau malah tidak ada," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News