kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.830   -245,00   -1,48%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Analis: 12 saham anyar yang masuk indeks Kompas100 punya likuiditas lebih baik


Kamis, 30 Januari 2020 / 08:14 WIB
Analis: 12 saham anyar yang masuk indeks Kompas100 punya likuiditas lebih baik


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Namun, ia menyarankan investor untuk tetap hati-hati karena saat ini MTDL sedang dalam posisi yang flat. Pada penutupan perdagangan Selasa (28/1), saham MTDL turun 0,83% ke harga Rp 1785.

Selanjutnya saham yang menarik yakni SIDO yang terus melakukan ekspansi bisnis ke keluar negeri. Terlebih pada tahun ini SIDO membidik pertumbuhan sebesar 10%. 
Selain itu, SIDO juga telah menyiapkan beberapa strategi guna memacu penjualan di pasar domestik dan ekspor. Seiring dengan itu, SIDO mengerek utilisasi fasilitas pabrik cairan obat dalam II yang mulai beroperasi sejak awal tahun lalu.

Baca Juga: Dana asing diperkirakan masih tinggalkan pasar saham hingga akhir Januari

Sementara, dari saham sektor kesehatan ada saham SILO yang diprediksi bakal mencetak kinerja lebih baik sejalan dengan program dari pemerintah. Ia merekomendasikan investor untuk buy saham SILO, MDKA, dan SIDO.

Sedangkan untuk saham-saham yang keluar dari indeks Kompas100, ia menjelaskan, bukan berarti saham-saham tersebut tidak memiliki fundamental yang baik. 

Nico mengatakan, sebenarnya saham-saham yang keluar dari indeks juga masih memiliki prospek yang cukup bagus. “Cuma karena ada kriteria yang tidak sesuai dengan Kompas, makanya ada yang keluar ada yang masuk, wajar saja,” tambahnya.

Sejauh ini, ia menambahkan, indeks Kompas100 ini membantu dan mempermudah investor dalam memilih saham dari sekian banyaknya saham yang beredar. “Namun setiap indeks kan ada ciri khas masing masing. Nanti ciri khas tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan investor,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×