kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aluminium tergelincir pasca melesat tajam


Kamis, 14 April 2016 / 18:03 WIB
Aluminium tergelincir pasca melesat tajam


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Setelah sempat melesat tajam dalam perdagangan hari sebelumnya, harga aluminium harus kembali menukik. Apalagi di prediksi permintaan dan pasokan aluminium sepanjang tahun 2016 ini belum akan membaik.

Mengutip Bloomberg, Kamis (14/4) pukul 11.03 Shanghai, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,60% ke level US$ 1.549 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga sudah melesat 3,06%.

Pemaparan Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka penguatan index USD jadi salah satu beban yang menimpa pergerakan harga komoditas. Hingga pukul 17.15 WIB index USD sudah melesat 0,22% ke level 94,95.

Ini terjadi pasca penantian pelaku pasar akan sajian data ekonomi AS seperti inflasi dan klaim pengangguran mingguan. “Ada harapan inflasi AS tumbuh, itu positif karena menanti sinyal perbaikan outlook ekonomi The Fed pada FOMC April 2016 ini,” tutur Ibrahim.

Di sisi lain, tekanan eksternal bagi harga aluminium datang dari penantian pasar akan berlangsungnya pertemuan Oil Freeze di Doha, 17 April 2016 mendatang.

Sinyal kesepakatan antara produsen kian mengempis, tentunya jika benar kesepakatan gagal dicapai harga minyak akan semakin ambruk. Penurunan harga minyak yang sudah berlangsung saat ini turut menambah panjang beban pergerakan kepada harga komoditas lainnya termasuk aluminium.

“Apalagi kenaikan kemarin cukup tinggi, pelaku pasar melakukan aksi profit taking pada aluminium,” tambah Ibrahim.

Tekanan penurunan pada harga diprediksi masih berlanjut Jumat (15/4). Hal ini menyusul revisi ragam prediksi mulai dari produksi hingga permintaan dari Alcoa Inc, salah satu produsen aluminium terbesar di Amerika Serikat.

Dalam laporan terbarunya, Alcoa menduga permintaan global terhadap aluminium hanya akan tumbuh 5%, ini jelas lebih rendah dari prediksi sebelumnya yang mencapai 6% pada laporan Januari 2016 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×