Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kinerja aluminium di kuartal I-2016 belum cukup memuaskan. Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed hingga perlambatan ekonomi China menjadi sentimen penggerak harga aluminium.
Mengutip Bloomberg, Jumat (1/4) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1,05% ke level US$ 1.536 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya.
Pekan lalu, aluminium mencatat penguatan mingguan paling besar selama hampir satu tahun. Meski demikian, kinerja aluminium pada kuartal I - 2016 belum sepenuhnya memuaskan. Aluminium hanya mencatat kenaikan 0,86% pada kuartal pertama tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi China yang masih lemah menjadi sentimen utama bagi pergerakan aluminium di kuartal pertama," papar Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures. China merupakan konsumen logam industri terbesar di dunia, termasuk aluminium.
Pada awal tahun ini, China sempat mengalami gejolak ekonomi dengan penurunan bursa saham dalam beberapa hari. Pemerintah China juga mengambil kebijakan untuk melemahkan mata uang yuan sehingga menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar. Kondisi ini sempat menekan aluminium hingga ke level terendah di US$ 1.450 per metrik ton pada tanggal 12 Januari lalu.
Meski permasalahan di China mulai mereda, pergerakan aluminium masih belum berbalik arah dari tren pelemahan. Pasalnya, ada ancaman kenaikan suku bunga The Fed yang dapat membuat mata uang dollar AS menguat dan menggerus aluminium.
Setelah menaikkan tingkat suku bunga pada bulan Desember lalu, The Fed juga memberi sinyal kenaikan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini.
Namun, gejolak ekonomi global membuat The Fed berhai - hati dan menurunkan proyeksi kenaikan suku bunga menjadi dua kali. Menjelang rapat The Fed bulan Maret, spekulasi kenaikan suku bunga semakin kecil. Harga aluminium pun mencatat level tertinggi di US$ 1.599,5 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News